Pada bulan-bulan Juli sampai
Agustus seperti ini, para pemerhati sepakbola sedang banyak-banyaknya disuguhi
persiapan Pra-Musim tim-tim kesayangannya. Mulai dari siaran langsung di
televisi hingga kunjungan langsung tim idola ke negara-negara yang menjadi
destinasi tujuan tur mereka. Euforia selalu mengiringi, gegap gempita manusia
yang mengaku gila bola akan selalu jadi magnet yang kuat, kemeriahan dan semangat
penontonnya tak ketinggalan. Beragam atribut yang dipunya pun tak ada yang
boleh ketinggalan demi menunjukkan identitasnya sebagai fans fanatik. Sorakan
dan teriakan khas masing-masing klub juga terdengar lantang sepanjang
pertandingan, menambah luar biasanya atmosfer tiap pertandingan pra musim, membuat
pemain sepakbola bak menjadi Raja di tiap negara yang disinggahi.
Belum lagi keuntungan dari sisi
bisnis yang bisa diraih klub-klub top itu dengan mendekatkan diri ke fans base mereka. Tiket pertandingan
bakal sold out dalam sekejap,
marchandise laku keras, dan segala bentuk kegiatan yang bisa mendatangkan
keuntungan buat mereka selalu diburu.
Bermacam-macam iming-iming di
atas tadi yang membuat tim-tim sepakbola top dunia tak pernah absen untuk
melakukan persiapan pra-musim baik itu dengan tur keliling suatu benua ataupun
hanya sekedar turnamen “kecil-kecilan”. Semua hal tadi juga yang menjadi salah
satu tujuan mereka melakukan pra musim. Tentu keuntungan yang luar biasa buat
klub dengan semua kemeriahan pra musim tadi.
Tapiii.......tahu kah kita bahwa
tujuan utamanya sebenarnya bukan semua itu. Inti dari pra-musim buat mereka
adalah persiapan menghadapi musim penuh setahun yang akan diarunginya di
berbagai level liga dan kompetisi. Pengembalian kondisi fisik, pematangan
kembali taktik, dan penerapan strategi yang baik menjadi target utama mereka di
pra musim. Mereka tahu bahwa perjuangan di liga masing-masing nanti selama
semusim penuh sangat berat. Tiap-tiap pertandingan akan menuntut peluh yang
maksimal. Lawan-lawan yang dihadapi pun tak ada yang benar-benar mudah.
Persiapan pra-musim yang benar-benar matang menentukan besarnya peluang juara
nantinya.
******
Begitulah sejatinya puasa di
bulan Ramadhan ini, jika dianalogikan, puasa sekarang ini ibarat persiapan
pra-musim buat umat manusia, buat kita semua. Memang benar sekali bahwa puasa
di bulan Ramadhan ini sangat besar keutamaannya, nilai ibadah ditingkatkan
kategorisasi nilainya, yang sunah jadi bernilai wajib apalagi yang wajib,
nilainya pasti berkali-kali lipat. Kenikmatan yang diberikan Allah di bulan
Ramadhan ini memang sangat memanjakan kita, bagaimana tidak, Allah membuka
semua pintu langit, pintu surga dibentangkan selebar-lebarnya, pintu neraka
ditutup rapat, setan yang biasa menghasutpun “dikerangkeng” oleh Allah. Ampunan
Allah bentang kan seluas-luasnya, manghfiroh Allah kucurkan tak terhingga. Bonus
saat 10 hari terakhir Ramadhan pun ga ada yang bisa ngalahin, malam Lailatul
Qadar pun dihadiahkan Allah dengan nilai yang lebih baik dari seribu bulan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Adalah Rasulullah SAW memberi khabar gembira kepada para sahabatnya dengan
bersabda, "Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi.
Allah mewajibkan kepadamu puasa didalamnya; pada bulan ini pintu-pintu Surga
dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat pada
bulan ini malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa tidak
memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR. Ahmad dan
An-Nasa'i)
Allah juga menegaskan bahwa puasa
di bulan Ramadhan ini adalah urusan langsung Beliau Yang Maha Esa dengan
manusia makhluk ciptaannya. Bagaimana tidak istimewa namanya kalau Dzat Yang
maha Tinggi, Allah swt, menilai langsung puasa Ramadhan kita?
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu
kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat.
Allah Ta'ala berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung
membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.'
Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka
puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang
berpuasa lebih harum daripada aroma kesturi
Ibadah spesial seperti sholat
tarawih diperintahkan di bulan Ramadhan, nikmatnya makan minum lebih berasa
saat sahur dan berbuka. Beribadah pun terasa lebih “meriah” dan bersemangat,
euforia umat muslim memakmurkan masjid terasa berbeda, berbondong-bondong
menuju masjid untuk sholat berjamaah. Gema dakwah bergemuruh di tiap sudut
kota, meyebarkan ajakan menuju kebaikan sesuai Islam. Lantunan ayat suci Al Quran seakan-akan berlomba terus dipersembahkan mengingat ganjarannya yang begitu menggiurkan di tiap huruf yang dibacanya. Acara televisi juga tak
ketinggalan menyesuaikan acaranya agar serasi dengan keberkahan bulan Ramadhan.
Nikmatnya berbagi pun terasa
semakin bermakna bagi orang yang berpuasa, sedekah sangat dianjurkan karena
keutamaan dan balasannya yang Allah janjikan berkali-kali lipat di bulan mulia
ini. Belum lagi anjuran untuk memberi makan orang yang sedang berbuka puasa,
Allah menjamin pahala yang sama tak kurang sedikitpun seperti orang yang sedang
berpuasa tersebut. Tak ketinggalan sensasi berzakat yang terasa begitu menggoda di bulan Ramadhan.
Belum lagi kalau ditinjau dari
sisi kesehatan, puasa mempunyai manfaat yang dapat diuji secara medis. Sistem
pencernaan yang telah digenjot habis-habisan setahun penuh, diistirahatkan dan “turun
mesin” dengan pengendalian pola makan selama berpuasa Ramadhan. Banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa puasa malah meningkatkan kekebalan tubuh, dan
tak ketinggalan puasa juga signifikan mempengaruhi psikologis, bisa menurunkan
tingkat stress. Dan banyak lagi mungkin manfaat bagi kesehatan kita saat
berpuasa, tapi di sini saya tidak akan membahas rinci tentang
penelitian-penelitian para ahli tentang puasa. Pokoknya adalah puasa sangat
bermanfaat bagi manusia dalam menjaga kesehatannya.
Semua iming-iming di atas tentang
puasa, membuat umat Islam yang beriman takkan merelakan waktunya sia-sia selama
bulan Ramadhan, tak ada satu pun yang bersedia puasanya bolong meski satu hari,
tiap tahun bulan Ramadhan selalu dinanti dan puasa menjadi ibadah yang
dirindui. Tujuannya jelas, dapat meraih semua keutamaan puasa Ramadhan yang
dijanjikan dan dijamin Allah, karena janji dan jaminan Allah tak akan meleset
sedikitpun, janji dan jaminan Allah tidak mengenal deviasi, semuanya serba
tepat dan pasti. Tentu keuntungan yang luar biasa berlimpah bagi seorang pemeluk
agama Islam melaksanakan ibadah puasa dan ibadah lainnya yang jaminannya
keutamaan dan pahala luar biasa besarnya.
Tapiii.....masih sadarkah kita
bahwa tujuan utama puasa bukan hanya sekedar itu semua, bukan hanya mengejar keutamaannya
semata. Puasa dan bulan Ramadhan ini sejatinya hanya layaknya persiapan
Pra-musim bagi kita orang Islam, mempersiapkan diri menghadapi satu musim penuh
di 11 bulan ke depan yang kompetisinya sangat ketat dan berliku.
Pertandingan-pertandingan berat akan menuntut kesiapan iman dan ketaatan kita
yang dilatih selama sebulan penuh di Ramadhan. Setelah berlatih melawan hawa
nafsu saja di Pra-musim ini, kita harus siap menghadapi kompetisi yang
sebenarnya, melawan bukan hanya hawa nafsu, tapi juga syaitan yang selalu setia
merepotkan dan menjerumuskan kita. Pada saat puasa di bulan Ramadhan, fitrah
manusia yang merupakan orang baik, yang bertaqwa dan menghamba hanya kepada
Allah, berusaha dikembalikan lagi dengan Ramadhan. Dan hasilnya akan benar-benar ditantang di bulan-bulan setelah Ramadhan. Pra-musim yang matang selama
bulan Raadhan akan memperbesar kans kita menjadi juara, juara yang
sesungguhnya, yaitu menjadi orang yang bertaqwa, karena inti dari puasa adalah
agar manusia menjadi hamba Allah yang bertaqwa, yang berhak meraih trophy dan
penghargaan tertinggi dari Allah melalui surga-Nya kelak.
Pra-musim yang berhasil ditandai
dengan gelar Juara.....dan Puasa di bulan Ramadhan ibaratnya sebuah Pra-musim,
keberhasilannya ditentukan dengan raihan gelar juara, yaitu ketaqwaan...Puasa yang berhasil adalah puasa yang bisa membawa ketaqwaan dalam hatinya
sepanjang tahun yang berbekas dalam tiap catatan hidupnya.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al Baqarah : 183)