17 November 2013

Semalam di Jogjakarta

BY ekpan 2 comments





Tiket kereta sudah di tangan...tanggal keberangkatan juga sudah tiba...saatnya menuju Jogjakarta...

Yap...Sabtu itu sudah tanggal 26 Oktober 2013...saya dan dua kawan, Aziz dan Wisnu, terjadwal untuk berangkat menuju kota jogja yang sudah tersohor dengan kekayaan budaya dan keunikannya...undangan pernikahan Muhtar Nurwahidzain – lah yang membawa langkah kami singgah di Jogja..
Saat beberapa minggu sebelumnya undangan dari Muhtar diterima...kami sangat antusias untuk menghadiri...selain karena memang muhtar teman seperjuangan mendaki gunung, tempat perhelatan resepsi pernikahan di Jogjakarta jadi daya tarik tersendiri...bukan apa-apa, tidak bisa dipungkiri kalau Jogja punya “daya magis” yang mampu membuat orang rindu untuk mengunjunginya kembali...tak ada kata bosan meski sudah pernah menginjakkan kaki sebelum-belumnya...

Saya, Aziz, dan Wisnu sama-sama sudah beberapa kali ke Jogjakarta...tapi kami pun sama-sama tak kehilangan ketertarikan kepada kota yang digelari Daerah Istimewa ini...namun kali ini kami ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda...tercetus ide untuk menikmati malam di Jogjakarta dengan berjalan kaki sampai lelah membuat kita berhenti...biar kaya backpacker-backpacker gitu (hehe..)..kami pergi tanpa membuat rencana..prinsip yang kami usung dalam perjalanan kali ini adalah biarkan semuanya berjalan tepat pada waktunya...segala sesuatunya akan sengaja kami buat tiba-tiba meski tetap dengan perhitungan tentunya...dan satu hal lagi yang penting, kami sepakat untuk tidak mencari tempat penginapan...hotel, homestay, losmen, motel atau apapun namanya kita coret dari tempat yang akan kami jejaki...kos-kosan atau rumah teman juga ga masuk itungan...ya kami bertiga sebenarnya punya temen di Jogja yang tentu dengan senang hati kalo kami ingin menumpang di sana...tapi karena dari awal kami sudah setuju untuk tidur di sedapatnya tempat, maka kami bertigapun sepakat untuk tidak menghubungi teman-teman kami yang berdomisli di Jogjakarta...

Jam sudah menunjukkan pukul 6.15, saya dan wisnu dengan sedikit tergesa-gesa segera meninggalkan kosan untuk berangkat ke Stasiun Pasar Senen, maklum keberangkatan kereta tertulis pukul 6.50 di tiketnya...untungnya jarak kosan kami dengan Stasiun Pasar Senen tidak terlalu jauh, kami berdua sudah janjian dengan Aziz untuk bertemu di stasiun...Tas ransel jadi pilihan untuk tempat perbekalan...tak lupa juga kamera yang nanti akan bertugas mengabadikan momen-momen penting dan menarik...

Singkat cerita, tepat pukul 6.50 waktu Indonesia bagian barat, kepala Stasiun Pasar Senen meniup peluitnya untuk memberangkatkan kereta Fajar Utama Jogja yang kami tumpangi...kereta api pun perlahan-lahan menyusuri rel meninggalkan Jakarta menuju kotanya Sri Sultan Hamengkubuwono...

Sarapan roti jadi kegiatan pertama di dalam kereta, maklum belum sarapan...setelah kenyang, kami bertiga menyiapkan posisi terbaik untuk melanjutkan tidur yang tertunda karena harus packing tadi selepas Subuh...bantal tiup sudah siap, playlist di handphone sudah diputar, headset juga sudah menempel di kuping, pelan-pelan mata saya pun terpejam...Wisnu masih setia dengan buku bacaan tebalnya tentang pendakian gunung, tapi sepertinya lama-kelamaan dia juga sudah terbuai ke dunia mimpi persama buku yang masih dipegangnya....Nah, kalo si Aziz, tanpa instruksi lebih lanjut, dia tanpa basa basi sudah molor duluan, mungkin dia merasa damai duduk di sebelah cewek berjilbab di atas kereta (hahaha..)

Tak terasa laju kereta mulai melambat...jam tangan menunjukkan pukul 16.05...pantas langit di luar sudah mulai teduh, ternyata sore sudah menjelang...sepertinya sudah hampir sampai di Jogja...benar saja, tak seberapa lama kereta terhenti di stasiun yang terpampang papan besar bertuliskan “Yogyakarta”...kami telah sampai dan petualangan akan segera diawali...

Karena tadi belum sempat Sholat Dzuhur, maka yang terbaik untuk mengawali adalah Sholat Dzuhur terlebih dahulu dengan men-jama’ bersama Sholat Ashar, maklum musafir...di manapun keberadaan kita, tak boleh tertinggal namanya Sholat 5 waktu...lumayan badan jadi lebih segar setelah dibasuh air wudhu’...pikiran pun diharapkan jadi lebih plong sehabis Sholat...agar mood menjadi bagus dan suasana hati menjadi bahagia...

Selepas Sholat..kami memutuskan istirahat sejenak di bangku stasiun... meregangkan otot-otot yang sedikit kaku karena lama duduk di kereta...lalu kami saling bertanya mau kemana sebentar lagi...dan belum ada ide yang terlintas karena memang belum dipikirkan tujuan di Jogjakarta ini...akhirnya disepakati bahwa kami akan tetap menunggu di stasiun sambil menanti saat Maghrib tiba...supaya mudah menunaikan Sholat Maghrib dan Isya’ yang dijama’, jadi ga perlu nyari-nyari tempat sholat di perjalanan nanti...

untuk urusan menunggu di stasiun sampai Maghrib kami sudah sepakat, tapi kami ternyata ga sepakat untuk masalah perut..Aziz sudah ga kuat untuk mengisi perutnya yang mulai menggema...saya dan Wisnu sudah ga kuat untuk membuang isi perut yang sudah meggedor-gedor ingin keluar...akhirnya kali ini kami mengambil jalan masing-masing...tentunya secara bergantian karena harus ada yang menjaga tas-tas perbekalan kami...

Waktu penantianpun telah lekang...adzan maghrib merdu berkumandang...kami bertiga bergantian melaksanakan Sholat...demi ingin segera menikmati suasana malam Jogjakarta, apalagi ini malam minggu....menurut kabar yang kami dengar, kota Jogja ga ada matinya kalau malam minggu tiba...saat sholat usai ditunaikan, berkemas sebentar, dan kami meninggalkan stasiun dengan kesepakatan menyusuri Malioboro dengan berjalan kaki...maka demi menjaga kesehatan dan mengisi tenaga, kami mampir di warung di Jalan Pasar Kembang yang tak jauh dari stasiun...1 mangkok soto serta 1 mangkok bakso lahap masuk ke lambung saya dan Wisnu yang memang belum makan dari tadi..sedangkan Aziz yang sudah makan sebelumnya, cukup penuh perutnya dengan semangkok soto...tak lupa segelas teh manis hangat untuk mengembalikan energi....

Setelah perut kenyang dan badan hangat...tiga anak manusia ini mulai berjalan menyusuri Malioboro...ternyata malam minggu memang malam yang panjang di Malioboro...bagaimana tidak belum lama lepas dari waktu Maghrib saja jalanan sudah penuh hiruk pikuk manusia dengan beragam aktivitasnya....sudah banyak orang yang berlalu-lalang...tak ketinggalan pengunjung yang keluar masuk toko penjual cindera mata mulai tas, batik, dan sebagainya...lapak-lapak pedagang di sepanjang Malioboro juga telah ramai dengan pembeli yang terlihat tawar menawar....belum lagi lalu lintas yang mulai padat dengan kendaraan bermotor yang melaju pelan-pelan...delman dan becak juga selalu menghiasi jalanan malioboro ini...benar-benar pemandangan malam yang menyenangkan...membuat kami bertiga makin bersemangat berjalan dengan tas ransel yang mulai terasa berat di atas punggung....

Sama seperti sebelum-sebelumnya, kami berjalan sebenarnya tanpa tujuan...hanya terus melangkah mengikuti jalanan Malioboro...sesekali kami berhenti untuk mengabadikan keadaan sekitar dengan kamera yang sudah dibawa...tak lupa juga untuk bernarsis ria...sungguh malam minggu yang penuh suka cita...di situ seolah semua orang terlihat bergembira...melepas segala penat yang mungkin sebelumnya dirasa...panggung hiburan dari musisi-musisi jalanan yang konser di pinggir jalan Malioboro malam itu juga turut menambah kemeriahan...sekelompok pria muda dengan alat-alat musik pukul seperti drum dan kulintang bersemangat memainkan musik yang membuat beberapa anak kecil dan orang-orang di sekitarnya tak sungkan untuk berjoget....kerumunan penonton yang lain sibuk ikut bernyanyi, memotret dengan kamera handphone, maupun hanya terdiam menikmati alunan lagyang dimainkan....tak lupa untuk mengisi kotak yang disediakan sang musisi dengan uang seikhlasnya sebagai bentuk apresiasi atas hiburan yang mereka suguhkan...


Puas memotret-motret pertunjukan musik jalanan dan sedikit bergoyang gara-gara lagu “buka dikit joss” yang dimainkan...kami bertiga kembali meneruskan perjalanan...sangat luar biasa memang kawasan malioboro ini...ramai tidak terkira tapi masih terasa aroma tenggang rasa...tak ada bunyi klakson yang membabi buta karena tak sabar dengan padatnya jalan raya...menyeberang jalan juga tak susah karena pengguna jalan baik itu mobil atau motor akan dengan senang hati untuk mengalah memberikan jalan...tak ada juga orang yang mengumpat karena tiba-tiba ada becak yang meng ”kring-kring” di belakangnya atau ada delman yang berjalan di tengah keramaian...

Pegal sudah mulai menghinggapi tiga pasang kaki yang terus berjalan dari tadi...punggung juga sudah mulai tak nyaman dengan tas ransel yang seakan massanya bertambah...ingin duduk sebentar tapi sepertinya susah sekali mencari persinggahan...semua tepi jalan sudah penuh dengan orang-orang yang menikmati malam minggu...apa mau dikata sepertinya pilihan yang bijak adalah meneruskan perjalan hingga ke lokasi nol kilometer...perempatan besar di ujung malioboro yang ramai itu biasanya menyediakan tempat untuk duduk melepas lelah...keramaian di nol kilometer juga dapat menghindarkan kami  dari rasa bosan dan rasa kantuk.....

Tiba juga kami akhirnya di nol kilometer...lihat kanan kiri sebentar untuk mencari lokasi yang masih sedikit lengang untuk duduk dan meletakkan tas ransel kami...dipilihlah taman pinggir jalan di seberang kantor BNI (entah ini taman atau apa namanya..hehe)...beton yang jadi pembatas taman itu lumayan untuk duduk dan nongkrong...taspun satu per satu kami turunkan diletakkan berdampingan agar tidak tercecer...setelah itu kami pun duduk dan meluruskan kaki...sungguh kenikmatan yang tiada tara...menghilangkan rasa pegal meski hanya sementara... 

Sekeliling sungguh sangat ramai...makin malam makin bertambah orang yang kongkow di pinggir jalan situ...kerennya, di situ banyak tersaji berbagai tontonan yang bisa mengusir kebosanan...meriah sekali suasana malam di kawasan itu...tepat di depan Gedung Agung, komunitas mahasiswa dari Indonesia timur menampilkan tarian khas daerah mereka (maaf saya tidak tau nama tariannya)...penuh sekali yang menonton pertunjukan tarian daerah itu...momen seperti ini tak boleh dilewatkan...saya keluarkan kamera dan ambil gambar beberapa jepret demi mengabadikan hal yang mungkin susah saya temui di Jakarta...tidak hanya sampai situ di sudut yang lain, di depan benteng Vredeburg, ada sekumpulan orang yang nampaknya dari perguruan pencak silat menyuguhkan atraksi mulai dari “maenan” api sampai aksi perkelahian atau dalam istilah pencak silat kalau tidak salah namanya sabung...tak ingin ketinggalan sayapun menyeberang untuk nonton dan jeprat-jepret lagi...di dekat pagelaran pencak silat itu ternyata ada sekelompok pemuda yang berdandan bak tokoh-tokoh horor seperti vampire, pocong, zombie, dan lain-lain...mereka menawarkn pengunjung untuk foto bersama mereka...tentu dengan imbalan seikhlasnya lagi-lagi sebagai apresiasi untuk aksi mereka...

Puas memotret sayapun kembali ke teman-teman saya yang masi duduk istirahat di tempat yang sama...tenggorokan juga sepertinya sudah waktunya dibasahi...ternyata tak jauh dari tempat kami duduk ada komunitas dance apa namanya yang sepertinya sedang berlatih sekaligus unjuk kebolehan...belum lagi sekelompok pemuda pemudi penggemar fotografi yang siap dengan kamera dan tripodnya untuk mengabadikan kondisi sekitar...dan tak lama rombongan mahasiswa muslim menggelar orasi tepat di depan kami bertiga duduk...

Alangkah terkejutnya ketika aksi pencak silat di depan benteng Vredeburg tadi kini berpindah aksinya di tengah jalan...mereka menunjukkan kelihaiannya saat kendaraan berhenti saat lampu merah...cara yang unik menurut saya...karena saya masih lelah...akhirnya Aziz yang menonton dan memotret seni bela diri di tengah jalan itu....


Makin malam makin beragam saja suasananya...dari mulai gerombolan
pemuda yang memilih jogging di malam hari...remaja remaji yang menawarkan bunga kepada orang yang duduk-duduk...kumpulan penggemar sepeda...hingga anak muda yang sibuk maen-maen bola basket sendiri di depan saya, entah apa tujuannya (hahaha)...

Tak ketinggalan untuk sedikit menumbuhkan jiwa kenarsisan dengan berfoto di pinggir jalan yang masih saja ramai kendaraan hingga delman...meski nampaknya Aziz sedikit malu-malu dengan alibi sudah pernah foto di sana katanya...sedang asyik-asyiknya, tak dinyana terdengar “nguing-nguing” sirine mobil pemadam kebakaran yang tanpa basa basi langsung melawan arus ke arah Malioboro....pasti ada kebakaran yang mesti segera ditangani di daerah Malioboro....tapi kami dan orang yang ada di kilometer nol ini sepertinya tidak terlalu merisaukannya meski beberapa kali kemudian mobil pemadam kebakaran kembali lewat...

Malam makin larut, mata saya dan Aziz sepertinya sudah berkurang banyak watt-nya dan kami memutukan untuk streaming El Clasico yang sudah kick off untuk mengusir rasa kantuk...sedangkan Wisnu?...kalau dia sepertinya masi
h kuat dengan telepon genggam yang mungkin sudah dua jam lebih menempel di telinganya...asyik ngobrol dengan kekasih hati tanpa menghiraukan hiruk pikuk di sekelilingnya...seakan sinyal cuma milik mereka berdua....(gosip dikit...hahaha..piss Nu...)

Jam tangan menunjukkan jam 12 malam saat gerimis mulai  turun dari langit malam Jogja...seperti layaknya misbar...beberapa orang termasuk kami bertiga memilih berangsur-angsur meninggalkan perempatan besar itu...kembali berjalan kembali menyusuri Malioboro...di tengah Malioboro yang mulai gelap nampak ramai orang yang sepertinya sedang menonton sesuatu... mereka sedang menonton sisa-sisa kebakaran yang ternyata terjadi di salah satu toko di kawasan Malioboro..pantas saja mobil pemadam kebakaran tadi berbondong-bondong ke arah situ....

Setelah ikut sejenak menengok toko yang kebakaran, kami bertiga melanjutkan perjalanan...memang rencananya kami akan menuju kawasan Tugu saat jam 12 malam...tapi melihat kondisi fisik dan mata yang mulai sering berair, akhirnya kami membatalkan rencana dan memilih untuk mencari angkringan di sekitaran malioboro untuk mengisi perut dan numpang tidur-tiduran sambil melanjutkan El Clasico yang memasuki babak kedua...sebuah angkringan akhirnya kami pilih untuk singgah....nasi goreng spesial dan pecel ayam ditambah teh manis anget kembali menghiasi meja kami...

Tadinya kami berniat untuk tidak tidur hingga pagi hari...namun setelah ditimbang-timbang, ga mungkin kan besok kami bertiga kondangan dengan mata sepet dan berkantung...jadilah memikirkan dimana kami bertiga akan tidur...mau tidur di angkringan juga ga enak sama penjualnya...belum tentu juga bka sampai pagi...pikir dipikir kami pun belum menemukan solusi...karena uda kelamaan di angkringan itu, akhirnya diputuskan untuk kembali jalan sampai menemukan tempat untuk tidur...mencari masjid yang masih buka juga hasilnya nihil...hingga di tengah perjalanan ada orang yang menawarkan hotel kepada kami bertiga yang memang sudah tampak lesu dengan bawaan ransel...hampir saja kami tergiur dan melanggar komitmen awal untuk tidak tidur di hotel atau sejenisnya...untung saja kami masih tersadar dan memutuskan untuk menolak tawaran orang itu dan kembali berjalan.....

Langkah kaki akhirnya sudah sampai di ujung jalan Malioboro dan kami belum juga mendapat ide mau tidur dimana...lihat kanan kiri kami menemukan sebuah pos pinggir jalan di depan entah terminal atau tempat parkir di seberang mailoboro, saya ga tahu apa namanya...hehehe..di situ terlihat banyak orang yang sudah nyenyak tidur “ngemper” dengan lilitan sarung dan beralaskan lantai...keputusan yang bagus sepertinya untuk bergabung bersama mereka tidur di pos pinggir jalan itu...pas sekali saat kami memang sudah sangat lelah...namun sejenak kami berpikir ulang mengenai pertimbangan keamanan, mengingat letaknya yang di pinggir jalan, sepertinya lokasinya cukup rawan...pun diputuskan untuk membatalkan rencana tidur di pos tadi dan terus jalan mencari peraduan....

Beberapa menit kami terhenti untuk mencari inspirasi, akhirnya stasiun muncul menjadi solusi...kami putuskan untuk mencoba peruntungan di stasiun saja...masuk lewat pintu depan stasiun Jogjakarta...kami melihat di ruang tunggu lantai bawahnya ada beberapa bangku panjang yang masih kosong...sebagian lagi sudah dipake orang untuk rebahan dan terlelap....waah..alhamdulillah...akhirnya kami menemukan tempat untuk tidur juga...pilihan yang cocok sepertinya karena stasiun insyaAllah cukup aman untuk sekedar bermalam...kami bertiga pun memilih bangku masing-masing...dan merebahkan tubuh kami di atasnya, bangku-bangku panjang stasiun itu laksana kasur super empuk bagi kami bertiga yang sudah super ngantuk....Jam stasiun sudah menunjukkan pukul dua dini hari hingga perlaham kami bertiga benar-benar terlelap dan kembali berjalan...berjalan ke dunia mimpi....

Petualangan kami kali ini memiliki ujung yang happy ending....berhasil menikmati malam di Jogjakarta yang tak ada habisnya....menyusuri Malioboro hingga tidur nyenyak di stasiun sampai pagi menjelang...mentari pagi menyambut dengan bulat sempurna...dengan cahaya jingganya yang menenangkan...

Perjalanan ini membuktikan kepada diri kami bahwa hari-hari di dunia ini hanya perlu dilalui dengan bahagia dan apa adanya...tanpa beban, jalan terus sampai setiap solusi akan datang tepat pada waktunya...tak perlu terlalu banyak rencana tetapi tetap percaya dan berdoa...karena semuanya sudah disediakan oleh Allah Yang Maha Kuasa...manusia tak akan dibiarkan menderita oleh-NYA...segala kesusahan dan mungkin kadang kebimbangan hanya cara dari-NYA supaya kita terus berjalan dan terus menyusuri jalanan kehidupan kita yang penuh hiruk pikuk keceriaan atau sepi dan kegelapan yang sekali-kali menghiasi...yang terpenting terus langkahkan kaki tuk menjalani sampai benar-benar harus terhenti...solusi dari Ilahi pasti akan menghampiri...insya Allah... 


06 Oktober 2013

Sapaan Sang Mentari : Penanjakan yang Memanjakan

BY ekpan No comments



Jawa Timur adalah salah satu wilayah di tanah Jawa yang kaya akan gugusan gunung di atasnya.... yang sudah cukup termasyhur tentu adalah gunung Bromo...selain ciri khasnya dengan budaya tengger...Bromo merupakan gunung yang dikelilingi dengan pemandangannya eksotis....begitu mudah mencari lokasi keren di gunung ini...dan poin plusnya, jalur menuju Bromo ini sudah sangat mudah...jalanan beraspal mulus meliuk-liuk dari Probolinggo hingga ke Cemoro Lawang yang merupakan pintu gerbang perjalanan menikmati sajian keelokan Bromo....dari Cemoro Lawang pun tak perlu jalan kaki, karena Jeep-Jeep telah siap sedia mengantar ke tempat-tempat spesial di sana....

Eksotisme Bromo takkan pernah lengkap tanpa diawali dengan menyaksikan terbitnya matahari dari ufuk timur dunia...untuk itu dini hari akan jadi waktu yang pas memulai perjalanan di kawasan yang masuk sebagai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru itu...Penanjakan pasti jadi tujuan pertama karena menyimpan sudut yang tepat untuk menanti kemunculan sang surya...

Raungan mesin dan pasir yang beterbangan akibat putaran roda jeep mengantar menyusuri jalanan berkelok yang memang berpasir itu...meski pandangan terhalang kabut pasir dan gelapnya sekitar...jeep terus melaju tak terhadang...

Laju terhenti...itu berarti Penanjakan sudah menanti...sekilas tak ada yang spesial dari tempat ini...hanya tempat tinggi di pinggir jurang yang dihiasi bukit yang dinamakan “Bukit Cinta”...tapi jangan salah...saat lebih teliti lagi melihat pemandangan di sekelilingnya...akan ditemukan arti dari keindahan yang sebenarnya...hamparan awan bak lautan kapas..putih terbentang seolah menjadi alas bagi gunung Batok, gunung Bromo, dan gunung Semeru yang fenomenal itu...

Pertunjukannya belum berhenti sampai di situ, karena di Penanjakan bintang utamanya adalah sang mentari...dari sinilah kemunculannya dapat disaksikan...hawa dingin seolah menambah dramatis momen penantian terbitnya matahari pagi itu...

Langit gelap perlahan diwarnai oleh semburat cahaya jingga yang itu pertanda sang surya akan segera tiba...tanpa perlu izin...sang mentari melangkah naik menuju singgasana...bumi pun seakan tak sabar untuk diterangi oleh sinar sang surya...pelan-pelan matahari terbangun dari peraduannya...muncul sedikit demi sedikit...hingga nampak sempurna bulatnya memancarkan cahaya yang menjadi harapan dunia hari ini.... perlahan mentari datang...perlahan dunia menjadi terang...

Sang mentari menyapa dengan kehangatan yang dibawanya...sapaan sinar-sinarnya memberi nuansa damai bagi penghuni bumi....Bromo, Semeru, Batok seakan bersorak sorai bahagia menyambut datangnya sang pemberi cahaya...

Beruntungnya pagi itu menjadi yang pertama disapa oleh sang surya....indah luar biasa...lukisan asli dari Yang Maha Kuasa melalui suguhan mentari pagi-NYA....

Tak pernah habis kekaguman tiap menyaksikan matahari terbit di pagi hari...momennya sama tetapi sensasinya selalu berbeda...belum lagi pemandangannya yang selalu menyita...kali ini giliran penanjakan memberikan cerita menikmati pesona sang mentari yang baru bangun dari tidurnya...

Maka tak pernah lupa pula bahwa keindahan alam semesta ini dari Sang Maha Pencipta...mata boleh tak berkedip memandang...mulut boleh ternganga saking senangnya...kaki boleh tak mau beranjak karena kekaguman yang memuncak....tapi bibir tak boleh berhenti bertasbih memuji Sang Penguasa Alam Semesta....


24 September 2013

Motivasi Bukan Sekedar Diksi

BY ekpan No comments

Di era sekarang ini hal-hal yang berbau motivasi sepertinya sangat laku dan diminati...dari acara televisi, acara kantor, acara kampus, acara yang sifatnya religius, bahkan sampai di sosial media pun telah banyak bertebaran kata-kata indah dengan kandungan motivasi yang dituliskan oleh sang motivator...

Meski tak semuanya menyatakan diri berprofesi sebagai motivator, tapi entah itu Mario Teguh, Andrie Wongso, Ippho Santoso, Tungdesem Waringin, Ustadz Yusuf Mansyur, Aa Gym, Ustadz Felix Siauw, Darwis Tere Liye, dan banyak orang lainnya (termasuk diri kita) telah menggunakan segala media yang bisa dijangkaunya untuk mehnyematkan kata-kata bijak yang penuh dengan makna motivasi diri...di berbagai bidang kehidupan...

Semua rangkaian kata-kata yang disusun akan terdengar begitu merasuk hati dan kadang tanpa sadar kepala akan mengangguk-angguk membenarkan kalimat yang disampaikan...tak perlu diragukan lagi, ungkapan-ungkapan dari para "motivator" apapun latar belakangnya itu akan selalu positif dan menjadi bahan renungan kala introspeksi diri...

Tak perlu lagi disebutkan di sini contoh kalimat-kalimat motivasi yang pernah kita dengar...karena yakin dengan seyakinnya bahwa kita semua sudah tak asing lagi dengan hal itu...beberapa dari kita pasti sudah follow akun twitter para "motivator" tadi, bahkan akun twitter yang menamakan dirinya dengan embel-embel "motivasi" pun sudah banyak beredar...di facebok juga ta beda jauh...belum lagi media elektronik yang menyediakan slot khusus untuk acara yang intinya memberikan motivasi di segala lini kehidupan bagi pemirsa yang menontonnya...

Dunia nampak begitu indah dari ungkapan-ungkapan yang terlontar...hidup seakan mudah menilik dari diksi-diksi yang terucap...damai serasa begitu dekat dari kata-kata yang tersusun penuh makna...mungkin akan muncul pemikiran dari benak kita semisal "kehidupan tak semudah yang dikatakan", "dunia tak seindah kata-kata Mario Teguh", dan lain sebagainya....

Percaya ga percaya...menurut saya kehidupan yang sebenarnya itu memang seperti itu....seperti kata-kata bijak itu...seperti kalimat-kalimat indah itu....seperti kata-kata motivasi itu....tak ada yang salah dari semua kata-kata motivasi yang kita dengar....petuah-petuah bijak itu juga sama sekali tidak mengada-ada...

Masih ga percaya?coba sekali lagi kita baca pelan-pelan kalimat motivasi yang pernah kita baca...baca perlahan dengan pendalaman makna tiap kata-katanya....setelah selesai,  coba kita cari cuplikan peristiwa yang benar-benar pernah kita alami yang kira-kira cocok dengan kalimat motivasi yang kita baca tadi....lalu bandingkan langkah yang telah kita ambil dengan langkah yang dikatakan kalimat motivasi tadi....jika kita benar-benar objektif membandingkannya..maka akan kita temukan bahwa kalimat motivasi itu benar adanya...

Lalu akan muncul tanya di benak kita.."kenapa kenyataannya tak seindah kata-katanya?"...hampir dapat dipastikan penyebabnya karena tidak mau...atau tidak mampu...atau tidak bisa...atau lupa untuk mengaplikasikan keseluruhan isi kata-kata motivasi itu ke dalam tindakan atau sikap nyata...

Saya masih percaya bahwa tidak ada yang salah dengan apa yg disampaikan dalam sebuah kalimat motivasi...yang salah ada pada diri manusianya...sejatinya yang biasa disampaikan dalam rangkaian kata motivasi itu hanyalah menunjukkan bagaimana fitrah nya seorang manusia dalam menyikapi permasalahan sehari-harinya....jadi sederhananya...memang harusnya sikap manusia dalam menghadapi masalah itu ya kaya yang di  kalimat-kalimat motivasi itu...

Kuncinya sebenarnya pada kemauan diri sendiri untuk melihat kekurangan dan kelemahan...kemauan untuk mengakui bahwa sebuah kalimat motivasi itu ga ada yang salah dan mengada ada...dan yang paling penting adalah sepenuhnya mengamalkan kata-kata motivasi itu...praktik dalam kehidupan nyata adalah yang utama untuk meraih kebahagiaan dan ketenteraman...karena motivasi bukan hanya sekedar diksi...penuh makna untuk introspeksi...diamalkan untuk memperbaiki diri...demi mencapai kebahagiaan dan ketenteraman di tingkat yang tertinggi

Sapaan Sang Mentari : Pertunjukan di Puncak Slamet

BY ekpan No comments



seberkas cahaya jingga perlahan demi perlahan menyeka gelap yang mewarnai langit...cahaya itu makin lama makin terang...sang pemilik cahaya pelan-pelan menampakkan dirinya...muncul seiring bulat wujudnya dan sempurna sinar pancarannya...langit biru cerah terhampar seakan menyambut kedatangan sang mentari yang gagah di antara gugusan awan...

 ***

Sensasi yang tak ada duanya saat menanti detik-detik terbitnya matahari...rangkaian prosesnya tak kan pernah rela untuk dilewatkan....benar-benar merefleksikan apa yang ditulis ibu Kartini.."habis gelap terbitlah terang"...

Tak sembarang tempat bisa menyajikan keelokan sunrise...pantai biasanya tempat yang mudah untuk menunggu sang mentari datang...hamparan laut yang luas seakan jadi panggung megah bagi kemunculan matahari...

Tapi sepertinya ada panggung yang lebih spektakuler lagi...gunung jadi tempat terhormat bagi pertunjukan kegagahan sang penerang siang....lautan awan bak kapas menambah istimewanya penyambutan kunjungan mentari...

Menatap sunrise dari puncak gunung membuat kita seolah menanti matahari meniti langkahnya menaiki anak tangga menuju singgasana tertinggi yang terbuat dari putihnya hamparan awan untuk memberikan sinarnya bagi manusia-manusia yang sedang berada di pucuk dunia...

Sungguh kesempatan yang langka saat pendakian ke gunung slamet tempo hari...setelah beberapa kali pendakian momen matahari terbit selalu terlewatkan...entah karena memang waktu yang tak memungkinkan atau hanya karena sekedar bangun kesiangan...saat itu...di gunung slamet...kami berhasil melawan rasa pegal-pegal dan bangun lebih awal...dengan satu tujuan melangkahkan kaki ke puncak demi menjadi manusia yang melihat matahari pertama hari itu...

Medan penuh batuan dan kerikil terus disusuri....tanjakan curam terbentang di depan pandangan...dingin menyapu kulit menembus lapisan jaket yang sudah cukup tebal...angin ikut bertiup kencang menerpa tanpa ampun....semua tetap dihadapi dengan penuh perjuangan menjaga asa menginjakkan kaki di puncak Slamet yang berdiri jumawa...demi menanti bangunnya sang surya....

Dengan bantuan dan kesempatan dari ALLAH akhirnya kami berhasil mendapatkan tiket untuk menyaksikan salah satu opera luar biasa di dunia...sunrise di puncak tertinggi kedua di Jawa...sangat istimewa...

Peluh terbayar dengan remang jingga di atap dunia....lelah terlupa saat sang surya menyapa dengan lambaian cahaya...

Lembut dan putihnya awan jadi permadani bagi sang mentari...puncak sindoro dan sumbing ikut menghiasi indahnya alam pagi itu...
tak henti diri ini berdecak kagum...mata tak ingin memalingkan pandangannya...kaki tak ingin meninggalkan jejaknya...dan bibir terus bertasbih memuji keagungan Pemilik Alam Semesta Raya...

 Jika sudah terpaku pada kemolekan sapaan sang mentari...tak terbantahkan lagi perkataan Quran...”nikmat ALLAH mana lagi yang engkau dustakan”....salah satu nikmat terbesar yang dikaruniakan-NYA adalah alam semesta beserta segala fenomena dan peristiwa yang tak akan pernah berhenti membuat kita terpesona...

Manusia tinggal menikmati dan mensyukuri agar terus dapat memupuk keimanan dalam hati melalui suguhan alam yang tak terganti....

***

Langit gelap berwarna hitam...
Sebab tak lewat satu sinaran...
cahaya jingga perlahan membentuk goresan...
mentari terbangun menembus awan...
pancarkan terang di puncak Slamet...
sekejap membentuk lukisan indahnya alam...