08 Mei 2016

LIBUR

BY ekpan No comments

LIBUR..., mempunyai dua sisi perspektif yang bisa memporak porandakan perasaan kita dalam sekejap...di dalamnya menyuguhkan dua keadaan yang bertolak belakang seketika..
Haha..pembukaannya hanya pura-pura serius aja...nyoba-nyoba pake bahasa sok berat.. :D
Ini sebenarnya hanya sebuah cerita tentang pengalaman hari libur yang mungkin dulu waktu di bangku SD sudah menjadi tugas wajib saat pelajaran bahasa indonesia di hari pertama setelah liburan...
Hmmh...tapi mungkin kurang pas juga karena sebenarnya yang ingin saya tulis bukan tentang apa yang dilakukan di hari libur, tapi tentang apa yang saya rasakan tentang hari libur...oke...mungkin dengan berat hati harus saya katakan bahwa saya cuma mau curhat :D
Ilustrasi awalnya seperti ini, saya adalah seorang kepala keluarga dari seorang istri dan seorang anak bayi yang senin sampai jumat seorang diri kemudian berubah menjadi seorang PJKA yang kata orang kepanjangannya Pulang Jumat Kembali Ahad...
Ya, saat ini saya kerja di Jakarta dan istri sedang tugas belajar di Jogja...situasi ini sudah berjalan kurang lebih 8 bulan dimana masih ada 7 bulan lagi yang harus dilewati...Mau ga mau tiap weekend sudah jadi rutinitas untuk bolak balik Jakarta-Jogja...
Ah, ilustrasinya kepanjangan..jadi benar-benar mirip tugas mengarang anak SD...hehehe..
Intinya, kondisi di atas membuat saya menyadari bahwa hari libur merupakan suatu perwujudan kombinasi antara senang dan sedih, antara bahagia dan kecewa, antara pertemuan dan perpisahan, antara penantian dan kepasrahan, dan yang pasti antara Jakarta dan Yogyakarta :D
Mari kita urai satu persatu (kecuali untuk yang "antara Jakarta dan Yogyakarta").
Yang pertama kombinasi antara senang dan sedih. Bagaimana tidak, libur tentu membuat senang karena lega sudah tidak berkutat dengan disposisi dan print-print an kerjaan. Tapi di sisi yang lain dalam sekejap dia akan menghadirkan kesedihan tatkala tersadar bahwa hari libur akan menghadirkan hari-hari kerja berikutnya. Itu jg belum menghitung kesedihan akibat raibnya penghuni buku tabungan ke beberapa mall dan swalayan.
Kombinasi antara bahagia dan kecewa juga serupa...Hari libur yang menghadirkan gegap gempita kebahagiaan untuk menyegarkan kembali otak kita dengan berbagai rencana dan agenda, tak akan segan membuat kita kecewa ketika dia berlalu begitu saja di saat kita masih ingin bermanja-manja dengannya.
Untuk yang selanjutnya, kombinasi yang baru buat saya, antara pertemuan dan perpisahan. Sebagai insan PJKA yang berdedikasi tinggi, hari libur bak cahaya terang di ujung kegelapan kerinduan (sori...ini lebay bin alay). Esensinya, di kala libur tlah datang di kala itu pula pertemuan dengan anak istri bagaikan setetes air di tengah keringnya kekangenan (maaf...makin alay dan lebay :D). Tapi serius, libur emang terasa sangat berharga bagi kaum kami (baca:PJKA), karena itu saat satu-satunya untuk bersua dan bercanda bersama keluarga. Namun lagi-lagi libur tak hanya menawarkan satu rasa, dia juga membawa serta perpisahan saat tanggal merah beranjak menuju tanggal warna hitam biasa.
Dan yang terakhir dan ga kalah ga penting, libur mengajarkan penantian dan kepasrahan. Jauh sebelum hari libur datang, penantian sudah dicanangkan. Liburan jadi hal yang ditunggu tunggu. Padahal kita juga tau, kepasrahan juga tak terelakkan ketika hari libur perlahan lahan berjalan pulang...
*Sebenarnya saya ga paham saya nulis apa ini, mungkin hanya mabok goyangan kereta dan enggan memejamkan mata...