Tiket kereta sudah di
tangan...tanggal keberangkatan juga sudah tiba...saatnya menuju Jogjakarta...
Yap...Sabtu itu sudah tanggal 26
Oktober 2013...saya dan dua kawan, Aziz dan Wisnu, terjadwal untuk berangkat
menuju kota jogja yang sudah tersohor dengan kekayaan budaya dan keunikannya...undangan
pernikahan Muhtar Nurwahidzain – lah yang membawa langkah kami singgah di
Jogja..
Saat beberapa minggu sebelumnya
undangan dari Muhtar diterima...kami sangat antusias untuk menghadiri...selain
karena memang muhtar teman seperjuangan mendaki gunung, tempat perhelatan
resepsi pernikahan di Jogjakarta jadi daya tarik tersendiri...bukan apa-apa,
tidak bisa dipungkiri kalau Jogja punya “daya magis” yang mampu membuat orang
rindu untuk mengunjunginya kembali...tak ada kata bosan meski sudah pernah
menginjakkan kaki sebelum-belumnya...
Saya, Aziz, dan Wisnu sama-sama
sudah beberapa kali ke Jogjakarta...tapi kami pun sama-sama tak kehilangan
ketertarikan kepada kota yang digelari Daerah Istimewa ini...namun kali ini kami
ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda...tercetus ide untuk menikmati malam
di Jogjakarta dengan berjalan kaki sampai lelah membuat kita berhenti...biar
kaya backpacker-backpacker gitu (hehe..)..kami pergi tanpa membuat
rencana..prinsip yang kami usung dalam perjalanan kali ini adalah biarkan
semuanya berjalan tepat pada waktunya...segala sesuatunya akan sengaja kami
buat tiba-tiba meski tetap dengan perhitungan tentunya...dan satu hal lagi yang
penting, kami sepakat untuk tidak mencari tempat penginapan...hotel, homestay,
losmen, motel atau apapun namanya kita coret dari tempat yang akan kami
jejaki...kos-kosan atau rumah teman juga ga masuk itungan...ya kami bertiga
sebenarnya punya temen di Jogja yang tentu dengan senang hati kalo kami ingin menumpang
di sana...tapi karena dari awal kami sudah setuju untuk tidur di sedapatnya
tempat, maka kami bertigapun sepakat untuk tidak menghubungi teman-teman kami
yang berdomisli di Jogjakarta...
Jam sudah menunjukkan pukul 6.15,
saya dan wisnu dengan sedikit tergesa-gesa segera meninggalkan kosan untuk
berangkat ke Stasiun Pasar Senen, maklum keberangkatan kereta tertulis pukul
6.50 di tiketnya...untungnya jarak kosan kami dengan Stasiun Pasar Senen tidak
terlalu jauh, kami berdua sudah janjian dengan Aziz untuk bertemu di
stasiun...Tas ransel jadi pilihan untuk tempat perbekalan...tak lupa juga
kamera yang nanti akan bertugas mengabadikan momen-momen penting dan menarik...
Singkat cerita, tepat pukul 6.50
waktu Indonesia bagian barat, kepala Stasiun Pasar Senen meniup peluitnya untuk
memberangkatkan kereta Fajar Utama Jogja yang kami tumpangi...kereta api pun
perlahan-lahan menyusuri rel meninggalkan Jakarta menuju kotanya Sri Sultan
Hamengkubuwono...
Sarapan roti jadi kegiatan
pertama di dalam kereta, maklum belum sarapan...setelah kenyang, kami bertiga
menyiapkan posisi terbaik untuk melanjutkan tidur yang tertunda karena harus
packing tadi selepas Subuh...bantal tiup sudah siap, playlist di handphone
sudah diputar, headset juga sudah menempel di kuping, pelan-pelan mata saya pun
terpejam...Wisnu masih setia dengan buku bacaan tebalnya tentang pendakian
gunung, tapi sepertinya lama-kelamaan dia juga sudah terbuai ke dunia mimpi
persama buku yang masih dipegangnya....Nah, kalo si Aziz, tanpa instruksi lebih
lanjut, dia tanpa basa basi sudah molor duluan, mungkin dia merasa damai duduk
di sebelah cewek berjilbab di atas kereta (hahaha..)
Tak terasa laju kereta mulai
melambat...jam tangan menunjukkan pukul 16.05...pantas langit di luar sudah
mulai teduh, ternyata sore sudah menjelang...sepertinya sudah hampir sampai di
Jogja...benar saja, tak seberapa lama kereta terhenti di stasiun yang
terpampang papan besar bertuliskan “Yogyakarta”...kami telah sampai dan
petualangan akan segera diawali...
Karena tadi belum sempat Sholat
Dzuhur, maka yang terbaik untuk mengawali adalah Sholat Dzuhur terlebih dahulu
dengan men-jama’ bersama Sholat Ashar, maklum musafir...di manapun keberadaan
kita, tak boleh tertinggal namanya Sholat 5 waktu...lumayan badan jadi lebih
segar setelah dibasuh air wudhu’...pikiran pun diharapkan jadi lebih plong
sehabis Sholat...agar mood menjadi bagus dan suasana hati menjadi bahagia...
Selepas Sholat..kami memutuskan
istirahat sejenak di bangku stasiun... meregangkan otot-otot yang sedikit kaku
karena lama duduk di kereta...lalu kami saling bertanya mau kemana sebentar
lagi...dan belum ada ide yang terlintas karena memang belum dipikirkan tujuan
di Jogjakarta ini...akhirnya disepakati bahwa kami akan tetap menunggu di
stasiun sambil menanti saat Maghrib tiba...supaya mudah menunaikan Sholat
Maghrib dan Isya’ yang dijama’, jadi ga perlu nyari-nyari tempat sholat di
perjalanan nanti...
untuk urusan menunggu di stasiun
sampai Maghrib kami sudah sepakat, tapi kami ternyata ga sepakat untuk masalah
perut..Aziz sudah ga kuat untuk mengisi perutnya yang mulai menggema...saya dan
Wisnu sudah ga kuat untuk membuang isi perut yang sudah meggedor-gedor ingin
keluar...akhirnya kali ini kami mengambil jalan masing-masing...tentunya secara
bergantian karena harus ada yang menjaga tas-tas perbekalan kami...
Waktu penantianpun telah
lekang...adzan maghrib merdu berkumandang...kami bertiga bergantian melaksanakan
Sholat...demi ingin segera menikmati suasana malam Jogjakarta, apalagi ini
malam minggu....menurut kabar yang kami dengar, kota Jogja ga ada matinya kalau
malam minggu tiba...saat sholat usai ditunaikan, berkemas sebentar, dan kami
meninggalkan stasiun dengan kesepakatan menyusuri Malioboro dengan berjalan
kaki...maka demi menjaga kesehatan dan mengisi tenaga, kami mampir di warung di
Jalan Pasar Kembang yang tak jauh dari stasiun...1 mangkok soto serta 1 mangkok
bakso lahap masuk ke lambung saya dan Wisnu yang memang belum makan dari
tadi..sedangkan Aziz yang sudah makan sebelumnya, cukup penuh perutnya dengan
semangkok soto...tak lupa segelas teh manis hangat untuk mengembalikan
energi....
Setelah perut kenyang dan badan
hangat...tiga anak manusia ini mulai berjalan menyusuri Malioboro...ternyata
malam minggu memang malam yang panjang di Malioboro...bagaimana tidak belum
lama lepas dari waktu Maghrib saja jalanan sudah penuh hiruk pikuk manusia
dengan beragam aktivitasnya....sudah banyak orang yang berlalu-lalang...tak
ketinggalan pengunjung yang keluar masuk toko penjual cindera mata mulai tas,
batik, dan sebagainya...lapak-lapak pedagang di sepanjang Malioboro juga telah
ramai dengan pembeli yang terlihat tawar menawar....belum lagi lalu lintas yang
mulai padat dengan kendaraan bermotor yang melaju pelan-pelan...delman dan
becak juga selalu menghiasi jalanan malioboro ini...benar-benar pemandangan
malam yang menyenangkan...membuat kami bertiga makin bersemangat berjalan
dengan tas ransel yang mulai terasa berat di atas punggung....
Sama seperti sebelum-sebelumnya,
kami berjalan sebenarnya tanpa tujuan...hanya terus melangkah mengikuti jalanan
Malioboro...sesekali kami berhenti untuk mengabadikan keadaan sekitar dengan
kamera yang sudah dibawa...tak lupa juga untuk bernarsis ria...sungguh malam
minggu yang penuh suka cita...di situ seolah semua orang terlihat
bergembira...melepas segala penat yang mungkin sebelumnya dirasa...panggung
hiburan dari musisi-musisi jalanan yang konser di pinggir jalan Malioboro malam
itu juga turut menambah kemeriahan...sekelompok pria muda dengan alat-alat
musik pukul seperti drum dan kulintang bersemangat memainkan musik yang membuat
beberapa anak kecil dan orang-orang di sekitarnya tak sungkan untuk
berjoget....kerumunan penonton yang lain sibuk ikut bernyanyi, memotret dengan
kamera handphone, maupun hanya terdiam menikmati alunan lagyang
dimainkan....tak lupa untuk mengisi kotak yang disediakan sang musisi dengan
uang seikhlasnya sebagai bentuk apresiasi atas hiburan yang mereka suguhkan...
Puas memotret-motret pertunjukan
musik jalanan dan sedikit bergoyang gara-gara lagu “buka dikit joss” yang
dimainkan...kami bertiga kembali meneruskan perjalanan...sangat luar biasa
memang kawasan malioboro ini...ramai tidak terkira tapi masih terasa aroma
tenggang rasa...tak ada bunyi klakson yang membabi buta karena tak sabar dengan
padatnya jalan raya...menyeberang jalan juga tak susah karena pengguna jalan
baik itu mobil atau motor akan dengan senang hati untuk mengalah memberikan jalan...tak
ada juga orang yang mengumpat karena tiba-tiba ada becak yang meng
”kring-kring” di belakangnya atau ada delman yang berjalan di tengah
keramaian...
Pegal sudah mulai menghinggapi
tiga pasang kaki yang terus berjalan dari tadi...punggung juga sudah mulai tak
nyaman dengan tas ransel yang seakan massanya bertambah...ingin duduk sebentar
tapi sepertinya susah sekali mencari persinggahan...semua tepi jalan sudah
penuh dengan orang-orang yang menikmati malam minggu...apa mau dikata
sepertinya pilihan yang bijak adalah meneruskan perjalan hingga ke lokasi nol
kilometer...perempatan besar di ujung malioboro yang ramai itu biasanya
menyediakan tempat untuk duduk melepas lelah...keramaian di nol kilometer juga
dapat menghindarkan kami dari rasa bosan
dan rasa kantuk.....
Tiba juga kami akhirnya di nol
kilometer...lihat kanan kiri sebentar untuk mencari lokasi yang masih sedikit
lengang untuk duduk dan meletakkan tas ransel kami...dipilihlah taman pinggir
jalan di seberang kantor BNI (entah ini taman atau apa namanya..hehe)...beton
yang jadi pembatas taman itu lumayan untuk duduk dan nongkrong...taspun satu
per satu kami turunkan diletakkan berdampingan agar tidak tercecer...setelah
itu kami pun duduk dan meluruskan kaki...sungguh kenikmatan yang tiada
tara...menghilangkan rasa pegal meski hanya sementara...
Puas memotret sayapun kembali ke
teman-teman saya yang masi duduk istirahat di tempat yang sama...tenggorokan
juga sepertinya sudah waktunya dibasahi...ternyata tak jauh dari tempat kami
duduk ada komunitas dance apa namanya
yang sepertinya sedang berlatih sekaligus unjuk kebolehan...belum lagi
sekelompok pemuda pemudi penggemar fotografi yang siap dengan kamera dan
tripodnya untuk mengabadikan kondisi sekitar...dan tak lama rombongan mahasiswa
muslim menggelar orasi tepat di depan kami bertiga duduk...
Makin malam makin beragam saja
suasananya...dari mulai gerombolan
pemuda yang memilih jogging di malam
hari...remaja remaji yang menawarkan bunga kepada orang yang
duduk-duduk...kumpulan penggemar sepeda...hingga anak muda yang sibuk maen-maen
bola basket sendiri di depan saya, entah apa tujuannya (hahaha)...
Tak ketinggalan untuk sedikit
menumbuhkan jiwa kenarsisan dengan berfoto di pinggir jalan yang masih saja
ramai kendaraan hingga delman...meski nampaknya Aziz sedikit malu-malu dengan
alibi sudah pernah foto di sana katanya...sedang asyik-asyiknya, tak dinyana
terdengar “nguing-nguing” sirine mobil pemadam kebakaran yang tanpa basa basi
langsung melawan arus ke arah Malioboro....pasti ada kebakaran yang mesti
segera ditangani di daerah Malioboro....tapi kami dan orang yang ada di
kilometer nol ini sepertinya tidak terlalu merisaukannya meski beberapa kali
kemudian mobil pemadam kebakaran kembali lewat...
Malam makin larut, mata saya dan
Aziz sepertinya sudah berkurang banyak watt-nya dan kami memutukan untuk streaming
El Clasico yang sudah kick off untuk mengusir rasa kantuk...sedangkan
Wisnu?...kalau dia sepertinya masi
h kuat dengan telepon genggam yang mungkin
sudah dua jam lebih menempel di telinganya...asyik ngobrol dengan kekasih hati
tanpa menghiraukan hiruk pikuk di sekelilingnya...seakan sinyal cuma milik
mereka berdua....(gosip dikit...hahaha..piss Nu...)
Jam tangan menunjukkan jam 12
malam saat gerimis mulai turun dari
langit malam Jogja...seperti layaknya misbar...beberapa orang termasuk kami
bertiga memilih berangsur-angsur meninggalkan perempatan besar itu...kembali
berjalan kembali menyusuri Malioboro...di tengah Malioboro yang mulai gelap
nampak ramai orang yang sepertinya sedang menonton sesuatu... mereka sedang
menonton sisa-sisa kebakaran yang ternyata terjadi di salah satu toko di
kawasan Malioboro..pantas saja mobil pemadam kebakaran tadi berbondong-bondong
ke arah situ....
Setelah ikut sejenak menengok
toko yang kebakaran, kami bertiga melanjutkan perjalanan...memang rencananya
kami akan menuju kawasan Tugu saat jam 12 malam...tapi melihat kondisi fisik
dan mata yang mulai sering berair, akhirnya kami membatalkan rencana dan
memilih untuk mencari angkringan di sekitaran malioboro untuk mengisi perut dan
numpang tidur-tiduran sambil melanjutkan El Clasico yang memasuki babak
kedua...sebuah angkringan akhirnya kami pilih untuk singgah....nasi goreng
spesial dan pecel ayam ditambah teh manis anget kembali menghiasi meja kami...
Tadinya kami berniat untuk tidak
tidur hingga pagi hari...namun setelah ditimbang-timbang, ga mungkin kan besok
kami bertiga kondangan dengan mata sepet dan berkantung...jadilah memikirkan
dimana kami bertiga akan tidur...mau tidur di angkringan juga ga enak sama
penjualnya...belum tentu juga bka sampai pagi...pikir dipikir kami pun belum
menemukan solusi...karena uda kelamaan di angkringan itu, akhirnya diputuskan
untuk kembali jalan sampai menemukan tempat untuk tidur...mencari masjid yang
masih buka juga hasilnya nihil...hingga di tengah perjalanan ada orang yang
menawarkan hotel kepada kami bertiga yang memang sudah tampak lesu dengan
bawaan ransel...hampir saja kami tergiur dan melanggar komitmen awal untuk
tidak tidur di hotel atau sejenisnya...untung saja kami masih tersadar dan
memutuskan untuk menolak tawaran orang itu dan kembali berjalan.....
Langkah kaki akhirnya sudah
sampai di ujung jalan Malioboro dan kami belum juga mendapat ide mau tidur
dimana...lihat kanan kiri kami menemukan sebuah pos pinggir jalan di depan
entah terminal atau tempat parkir di seberang mailoboro, saya ga tahu apa
namanya...hehehe..di situ terlihat banyak orang yang sudah nyenyak tidur
“ngemper” dengan lilitan sarung dan beralaskan lantai...keputusan yang bagus
sepertinya untuk bergabung bersama mereka tidur di pos pinggir jalan itu...pas
sekali saat kami memang sudah sangat lelah...namun sejenak kami berpikir ulang
mengenai pertimbangan keamanan, mengingat letaknya yang di pinggir jalan,
sepertinya lokasinya cukup rawan...pun diputuskan untuk membatalkan rencana
tidur di pos tadi dan terus jalan mencari peraduan....
Beberapa menit kami terhenti
untuk mencari inspirasi, akhirnya stasiun muncul menjadi solusi...kami putuskan
untuk mencoba peruntungan di stasiun saja...masuk lewat pintu depan stasiun
Jogjakarta...kami melihat di ruang tunggu lantai bawahnya ada beberapa bangku
panjang yang masih kosong...sebagian lagi sudah dipake orang untuk rebahan dan
terlelap....waah..alhamdulillah...akhirnya kami menemukan tempat untuk tidur
juga...pilihan yang cocok sepertinya karena stasiun insyaAllah cukup aman untuk
sekedar bermalam...kami bertiga pun memilih bangku masing-masing...dan
merebahkan tubuh kami di atasnya, bangku-bangku panjang stasiun itu laksana
kasur super empuk bagi kami bertiga yang sudah super ngantuk....Jam stasiun
sudah menunjukkan pukul dua dini hari hingga perlaham kami bertiga benar-benar
terlelap dan kembali berjalan...berjalan ke dunia mimpi....
Petualangan kami kali ini
memiliki ujung yang happy ending....berhasil menikmati malam di Jogjakarta yang
tak ada habisnya....menyusuri Malioboro hingga tidur nyenyak di stasiun sampai
pagi menjelang...mentari pagi menyambut dengan bulat sempurna...dengan cahaya
jingganya yang menenangkan...
Perjalanan ini membuktikan kepada
diri kami bahwa hari-hari di dunia ini hanya perlu dilalui dengan bahagia dan
apa adanya...tanpa beban, jalan terus sampai setiap solusi akan datang tepat
pada waktunya...tak perlu terlalu banyak rencana tetapi tetap percaya dan
berdoa...karena semuanya sudah disediakan oleh Allah Yang Maha Kuasa...manusia
tak akan dibiarkan menderita oleh-NYA...segala kesusahan dan mungkin kadang
kebimbangan hanya cara dari-NYA supaya kita terus berjalan dan terus menyusuri
jalanan kehidupan kita yang penuh hiruk pikuk keceriaan atau sepi dan kegelapan
yang sekali-kali menghiasi...yang terpenting terus langkahkan kaki tuk
menjalani sampai benar-benar harus terhenti...solusi dari Ilahi pasti akan
menghampiri...insya Allah...