17 November 2013

Semalam di Jogjakarta

BY ekpan 2 comments





Tiket kereta sudah di tangan...tanggal keberangkatan juga sudah tiba...saatnya menuju Jogjakarta...

Yap...Sabtu itu sudah tanggal 26 Oktober 2013...saya dan dua kawan, Aziz dan Wisnu, terjadwal untuk berangkat menuju kota jogja yang sudah tersohor dengan kekayaan budaya dan keunikannya...undangan pernikahan Muhtar Nurwahidzain – lah yang membawa langkah kami singgah di Jogja..
Saat beberapa minggu sebelumnya undangan dari Muhtar diterima...kami sangat antusias untuk menghadiri...selain karena memang muhtar teman seperjuangan mendaki gunung, tempat perhelatan resepsi pernikahan di Jogjakarta jadi daya tarik tersendiri...bukan apa-apa, tidak bisa dipungkiri kalau Jogja punya “daya magis” yang mampu membuat orang rindu untuk mengunjunginya kembali...tak ada kata bosan meski sudah pernah menginjakkan kaki sebelum-belumnya...

Saya, Aziz, dan Wisnu sama-sama sudah beberapa kali ke Jogjakarta...tapi kami pun sama-sama tak kehilangan ketertarikan kepada kota yang digelari Daerah Istimewa ini...namun kali ini kami ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda...tercetus ide untuk menikmati malam di Jogjakarta dengan berjalan kaki sampai lelah membuat kita berhenti...biar kaya backpacker-backpacker gitu (hehe..)..kami pergi tanpa membuat rencana..prinsip yang kami usung dalam perjalanan kali ini adalah biarkan semuanya berjalan tepat pada waktunya...segala sesuatunya akan sengaja kami buat tiba-tiba meski tetap dengan perhitungan tentunya...dan satu hal lagi yang penting, kami sepakat untuk tidak mencari tempat penginapan...hotel, homestay, losmen, motel atau apapun namanya kita coret dari tempat yang akan kami jejaki...kos-kosan atau rumah teman juga ga masuk itungan...ya kami bertiga sebenarnya punya temen di Jogja yang tentu dengan senang hati kalo kami ingin menumpang di sana...tapi karena dari awal kami sudah setuju untuk tidur di sedapatnya tempat, maka kami bertigapun sepakat untuk tidak menghubungi teman-teman kami yang berdomisli di Jogjakarta...

Jam sudah menunjukkan pukul 6.15, saya dan wisnu dengan sedikit tergesa-gesa segera meninggalkan kosan untuk berangkat ke Stasiun Pasar Senen, maklum keberangkatan kereta tertulis pukul 6.50 di tiketnya...untungnya jarak kosan kami dengan Stasiun Pasar Senen tidak terlalu jauh, kami berdua sudah janjian dengan Aziz untuk bertemu di stasiun...Tas ransel jadi pilihan untuk tempat perbekalan...tak lupa juga kamera yang nanti akan bertugas mengabadikan momen-momen penting dan menarik...

Singkat cerita, tepat pukul 6.50 waktu Indonesia bagian barat, kepala Stasiun Pasar Senen meniup peluitnya untuk memberangkatkan kereta Fajar Utama Jogja yang kami tumpangi...kereta api pun perlahan-lahan menyusuri rel meninggalkan Jakarta menuju kotanya Sri Sultan Hamengkubuwono...

Sarapan roti jadi kegiatan pertama di dalam kereta, maklum belum sarapan...setelah kenyang, kami bertiga menyiapkan posisi terbaik untuk melanjutkan tidur yang tertunda karena harus packing tadi selepas Subuh...bantal tiup sudah siap, playlist di handphone sudah diputar, headset juga sudah menempel di kuping, pelan-pelan mata saya pun terpejam...Wisnu masih setia dengan buku bacaan tebalnya tentang pendakian gunung, tapi sepertinya lama-kelamaan dia juga sudah terbuai ke dunia mimpi persama buku yang masih dipegangnya....Nah, kalo si Aziz, tanpa instruksi lebih lanjut, dia tanpa basa basi sudah molor duluan, mungkin dia merasa damai duduk di sebelah cewek berjilbab di atas kereta (hahaha..)

Tak terasa laju kereta mulai melambat...jam tangan menunjukkan pukul 16.05...pantas langit di luar sudah mulai teduh, ternyata sore sudah menjelang...sepertinya sudah hampir sampai di Jogja...benar saja, tak seberapa lama kereta terhenti di stasiun yang terpampang papan besar bertuliskan “Yogyakarta”...kami telah sampai dan petualangan akan segera diawali...

Karena tadi belum sempat Sholat Dzuhur, maka yang terbaik untuk mengawali adalah Sholat Dzuhur terlebih dahulu dengan men-jama’ bersama Sholat Ashar, maklum musafir...di manapun keberadaan kita, tak boleh tertinggal namanya Sholat 5 waktu...lumayan badan jadi lebih segar setelah dibasuh air wudhu’...pikiran pun diharapkan jadi lebih plong sehabis Sholat...agar mood menjadi bagus dan suasana hati menjadi bahagia...

Selepas Sholat..kami memutuskan istirahat sejenak di bangku stasiun... meregangkan otot-otot yang sedikit kaku karena lama duduk di kereta...lalu kami saling bertanya mau kemana sebentar lagi...dan belum ada ide yang terlintas karena memang belum dipikirkan tujuan di Jogjakarta ini...akhirnya disepakati bahwa kami akan tetap menunggu di stasiun sambil menanti saat Maghrib tiba...supaya mudah menunaikan Sholat Maghrib dan Isya’ yang dijama’, jadi ga perlu nyari-nyari tempat sholat di perjalanan nanti...

untuk urusan menunggu di stasiun sampai Maghrib kami sudah sepakat, tapi kami ternyata ga sepakat untuk masalah perut..Aziz sudah ga kuat untuk mengisi perutnya yang mulai menggema...saya dan Wisnu sudah ga kuat untuk membuang isi perut yang sudah meggedor-gedor ingin keluar...akhirnya kali ini kami mengambil jalan masing-masing...tentunya secara bergantian karena harus ada yang menjaga tas-tas perbekalan kami...

Waktu penantianpun telah lekang...adzan maghrib merdu berkumandang...kami bertiga bergantian melaksanakan Sholat...demi ingin segera menikmati suasana malam Jogjakarta, apalagi ini malam minggu....menurut kabar yang kami dengar, kota Jogja ga ada matinya kalau malam minggu tiba...saat sholat usai ditunaikan, berkemas sebentar, dan kami meninggalkan stasiun dengan kesepakatan menyusuri Malioboro dengan berjalan kaki...maka demi menjaga kesehatan dan mengisi tenaga, kami mampir di warung di Jalan Pasar Kembang yang tak jauh dari stasiun...1 mangkok soto serta 1 mangkok bakso lahap masuk ke lambung saya dan Wisnu yang memang belum makan dari tadi..sedangkan Aziz yang sudah makan sebelumnya, cukup penuh perutnya dengan semangkok soto...tak lupa segelas teh manis hangat untuk mengembalikan energi....

Setelah perut kenyang dan badan hangat...tiga anak manusia ini mulai berjalan menyusuri Malioboro...ternyata malam minggu memang malam yang panjang di Malioboro...bagaimana tidak belum lama lepas dari waktu Maghrib saja jalanan sudah penuh hiruk pikuk manusia dengan beragam aktivitasnya....sudah banyak orang yang berlalu-lalang...tak ketinggalan pengunjung yang keluar masuk toko penjual cindera mata mulai tas, batik, dan sebagainya...lapak-lapak pedagang di sepanjang Malioboro juga telah ramai dengan pembeli yang terlihat tawar menawar....belum lagi lalu lintas yang mulai padat dengan kendaraan bermotor yang melaju pelan-pelan...delman dan becak juga selalu menghiasi jalanan malioboro ini...benar-benar pemandangan malam yang menyenangkan...membuat kami bertiga makin bersemangat berjalan dengan tas ransel yang mulai terasa berat di atas punggung....

Sama seperti sebelum-sebelumnya, kami berjalan sebenarnya tanpa tujuan...hanya terus melangkah mengikuti jalanan Malioboro...sesekali kami berhenti untuk mengabadikan keadaan sekitar dengan kamera yang sudah dibawa...tak lupa juga untuk bernarsis ria...sungguh malam minggu yang penuh suka cita...di situ seolah semua orang terlihat bergembira...melepas segala penat yang mungkin sebelumnya dirasa...panggung hiburan dari musisi-musisi jalanan yang konser di pinggir jalan Malioboro malam itu juga turut menambah kemeriahan...sekelompok pria muda dengan alat-alat musik pukul seperti drum dan kulintang bersemangat memainkan musik yang membuat beberapa anak kecil dan orang-orang di sekitarnya tak sungkan untuk berjoget....kerumunan penonton yang lain sibuk ikut bernyanyi, memotret dengan kamera handphone, maupun hanya terdiam menikmati alunan lagyang dimainkan....tak lupa untuk mengisi kotak yang disediakan sang musisi dengan uang seikhlasnya sebagai bentuk apresiasi atas hiburan yang mereka suguhkan...


Puas memotret-motret pertunjukan musik jalanan dan sedikit bergoyang gara-gara lagu “buka dikit joss” yang dimainkan...kami bertiga kembali meneruskan perjalanan...sangat luar biasa memang kawasan malioboro ini...ramai tidak terkira tapi masih terasa aroma tenggang rasa...tak ada bunyi klakson yang membabi buta karena tak sabar dengan padatnya jalan raya...menyeberang jalan juga tak susah karena pengguna jalan baik itu mobil atau motor akan dengan senang hati untuk mengalah memberikan jalan...tak ada juga orang yang mengumpat karena tiba-tiba ada becak yang meng ”kring-kring” di belakangnya atau ada delman yang berjalan di tengah keramaian...

Pegal sudah mulai menghinggapi tiga pasang kaki yang terus berjalan dari tadi...punggung juga sudah mulai tak nyaman dengan tas ransel yang seakan massanya bertambah...ingin duduk sebentar tapi sepertinya susah sekali mencari persinggahan...semua tepi jalan sudah penuh dengan orang-orang yang menikmati malam minggu...apa mau dikata sepertinya pilihan yang bijak adalah meneruskan perjalan hingga ke lokasi nol kilometer...perempatan besar di ujung malioboro yang ramai itu biasanya menyediakan tempat untuk duduk melepas lelah...keramaian di nol kilometer juga dapat menghindarkan kami  dari rasa bosan dan rasa kantuk.....

Tiba juga kami akhirnya di nol kilometer...lihat kanan kiri sebentar untuk mencari lokasi yang masih sedikit lengang untuk duduk dan meletakkan tas ransel kami...dipilihlah taman pinggir jalan di seberang kantor BNI (entah ini taman atau apa namanya..hehe)...beton yang jadi pembatas taman itu lumayan untuk duduk dan nongkrong...taspun satu per satu kami turunkan diletakkan berdampingan agar tidak tercecer...setelah itu kami pun duduk dan meluruskan kaki...sungguh kenikmatan yang tiada tara...menghilangkan rasa pegal meski hanya sementara... 

Sekeliling sungguh sangat ramai...makin malam makin bertambah orang yang kongkow di pinggir jalan situ...kerennya, di situ banyak tersaji berbagai tontonan yang bisa mengusir kebosanan...meriah sekali suasana malam di kawasan itu...tepat di depan Gedung Agung, komunitas mahasiswa dari Indonesia timur menampilkan tarian khas daerah mereka (maaf saya tidak tau nama tariannya)...penuh sekali yang menonton pertunjukan tarian daerah itu...momen seperti ini tak boleh dilewatkan...saya keluarkan kamera dan ambil gambar beberapa jepret demi mengabadikan hal yang mungkin susah saya temui di Jakarta...tidak hanya sampai situ di sudut yang lain, di depan benteng Vredeburg, ada sekumpulan orang yang nampaknya dari perguruan pencak silat menyuguhkan atraksi mulai dari “maenan” api sampai aksi perkelahian atau dalam istilah pencak silat kalau tidak salah namanya sabung...tak ingin ketinggalan sayapun menyeberang untuk nonton dan jeprat-jepret lagi...di dekat pagelaran pencak silat itu ternyata ada sekelompok pemuda yang berdandan bak tokoh-tokoh horor seperti vampire, pocong, zombie, dan lain-lain...mereka menawarkn pengunjung untuk foto bersama mereka...tentu dengan imbalan seikhlasnya lagi-lagi sebagai apresiasi untuk aksi mereka...

Puas memotret sayapun kembali ke teman-teman saya yang masi duduk istirahat di tempat yang sama...tenggorokan juga sepertinya sudah waktunya dibasahi...ternyata tak jauh dari tempat kami duduk ada komunitas dance apa namanya yang sepertinya sedang berlatih sekaligus unjuk kebolehan...belum lagi sekelompok pemuda pemudi penggemar fotografi yang siap dengan kamera dan tripodnya untuk mengabadikan kondisi sekitar...dan tak lama rombongan mahasiswa muslim menggelar orasi tepat di depan kami bertiga duduk...

Alangkah terkejutnya ketika aksi pencak silat di depan benteng Vredeburg tadi kini berpindah aksinya di tengah jalan...mereka menunjukkan kelihaiannya saat kendaraan berhenti saat lampu merah...cara yang unik menurut saya...karena saya masih lelah...akhirnya Aziz yang menonton dan memotret seni bela diri di tengah jalan itu....


Makin malam makin beragam saja suasananya...dari mulai gerombolan
pemuda yang memilih jogging di malam hari...remaja remaji yang menawarkan bunga kepada orang yang duduk-duduk...kumpulan penggemar sepeda...hingga anak muda yang sibuk maen-maen bola basket sendiri di depan saya, entah apa tujuannya (hahaha)...

Tak ketinggalan untuk sedikit menumbuhkan jiwa kenarsisan dengan berfoto di pinggir jalan yang masih saja ramai kendaraan hingga delman...meski nampaknya Aziz sedikit malu-malu dengan alibi sudah pernah foto di sana katanya...sedang asyik-asyiknya, tak dinyana terdengar “nguing-nguing” sirine mobil pemadam kebakaran yang tanpa basa basi langsung melawan arus ke arah Malioboro....pasti ada kebakaran yang mesti segera ditangani di daerah Malioboro....tapi kami dan orang yang ada di kilometer nol ini sepertinya tidak terlalu merisaukannya meski beberapa kali kemudian mobil pemadam kebakaran kembali lewat...

Malam makin larut, mata saya dan Aziz sepertinya sudah berkurang banyak watt-nya dan kami memutukan untuk streaming El Clasico yang sudah kick off untuk mengusir rasa kantuk...sedangkan Wisnu?...kalau dia sepertinya masi
h kuat dengan telepon genggam yang mungkin sudah dua jam lebih menempel di telinganya...asyik ngobrol dengan kekasih hati tanpa menghiraukan hiruk pikuk di sekelilingnya...seakan sinyal cuma milik mereka berdua....(gosip dikit...hahaha..piss Nu...)

Jam tangan menunjukkan jam 12 malam saat gerimis mulai  turun dari langit malam Jogja...seperti layaknya misbar...beberapa orang termasuk kami bertiga memilih berangsur-angsur meninggalkan perempatan besar itu...kembali berjalan kembali menyusuri Malioboro...di tengah Malioboro yang mulai gelap nampak ramai orang yang sepertinya sedang menonton sesuatu... mereka sedang menonton sisa-sisa kebakaran yang ternyata terjadi di salah satu toko di kawasan Malioboro..pantas saja mobil pemadam kebakaran tadi berbondong-bondong ke arah situ....

Setelah ikut sejenak menengok toko yang kebakaran, kami bertiga melanjutkan perjalanan...memang rencananya kami akan menuju kawasan Tugu saat jam 12 malam...tapi melihat kondisi fisik dan mata yang mulai sering berair, akhirnya kami membatalkan rencana dan memilih untuk mencari angkringan di sekitaran malioboro untuk mengisi perut dan numpang tidur-tiduran sambil melanjutkan El Clasico yang memasuki babak kedua...sebuah angkringan akhirnya kami pilih untuk singgah....nasi goreng spesial dan pecel ayam ditambah teh manis anget kembali menghiasi meja kami...

Tadinya kami berniat untuk tidak tidur hingga pagi hari...namun setelah ditimbang-timbang, ga mungkin kan besok kami bertiga kondangan dengan mata sepet dan berkantung...jadilah memikirkan dimana kami bertiga akan tidur...mau tidur di angkringan juga ga enak sama penjualnya...belum tentu juga bka sampai pagi...pikir dipikir kami pun belum menemukan solusi...karena uda kelamaan di angkringan itu, akhirnya diputuskan untuk kembali jalan sampai menemukan tempat untuk tidur...mencari masjid yang masih buka juga hasilnya nihil...hingga di tengah perjalanan ada orang yang menawarkan hotel kepada kami bertiga yang memang sudah tampak lesu dengan bawaan ransel...hampir saja kami tergiur dan melanggar komitmen awal untuk tidak tidur di hotel atau sejenisnya...untung saja kami masih tersadar dan memutuskan untuk menolak tawaran orang itu dan kembali berjalan.....

Langkah kaki akhirnya sudah sampai di ujung jalan Malioboro dan kami belum juga mendapat ide mau tidur dimana...lihat kanan kiri kami menemukan sebuah pos pinggir jalan di depan entah terminal atau tempat parkir di seberang mailoboro, saya ga tahu apa namanya...hehehe..di situ terlihat banyak orang yang sudah nyenyak tidur “ngemper” dengan lilitan sarung dan beralaskan lantai...keputusan yang bagus sepertinya untuk bergabung bersama mereka tidur di pos pinggir jalan itu...pas sekali saat kami memang sudah sangat lelah...namun sejenak kami berpikir ulang mengenai pertimbangan keamanan, mengingat letaknya yang di pinggir jalan, sepertinya lokasinya cukup rawan...pun diputuskan untuk membatalkan rencana tidur di pos tadi dan terus jalan mencari peraduan....

Beberapa menit kami terhenti untuk mencari inspirasi, akhirnya stasiun muncul menjadi solusi...kami putuskan untuk mencoba peruntungan di stasiun saja...masuk lewat pintu depan stasiun Jogjakarta...kami melihat di ruang tunggu lantai bawahnya ada beberapa bangku panjang yang masih kosong...sebagian lagi sudah dipake orang untuk rebahan dan terlelap....waah..alhamdulillah...akhirnya kami menemukan tempat untuk tidur juga...pilihan yang cocok sepertinya karena stasiun insyaAllah cukup aman untuk sekedar bermalam...kami bertiga pun memilih bangku masing-masing...dan merebahkan tubuh kami di atasnya, bangku-bangku panjang stasiun itu laksana kasur super empuk bagi kami bertiga yang sudah super ngantuk....Jam stasiun sudah menunjukkan pukul dua dini hari hingga perlaham kami bertiga benar-benar terlelap dan kembali berjalan...berjalan ke dunia mimpi....

Petualangan kami kali ini memiliki ujung yang happy ending....berhasil menikmati malam di Jogjakarta yang tak ada habisnya....menyusuri Malioboro hingga tidur nyenyak di stasiun sampai pagi menjelang...mentari pagi menyambut dengan bulat sempurna...dengan cahaya jingganya yang menenangkan...

Perjalanan ini membuktikan kepada diri kami bahwa hari-hari di dunia ini hanya perlu dilalui dengan bahagia dan apa adanya...tanpa beban, jalan terus sampai setiap solusi akan datang tepat pada waktunya...tak perlu terlalu banyak rencana tetapi tetap percaya dan berdoa...karena semuanya sudah disediakan oleh Allah Yang Maha Kuasa...manusia tak akan dibiarkan menderita oleh-NYA...segala kesusahan dan mungkin kadang kebimbangan hanya cara dari-NYA supaya kita terus berjalan dan terus menyusuri jalanan kehidupan kita yang penuh hiruk pikuk keceriaan atau sepi dan kegelapan yang sekali-kali menghiasi...yang terpenting terus langkahkan kaki tuk menjalani sampai benar-benar harus terhenti...solusi dari Ilahi pasti akan menghampiri...insya Allah...