21 Juni 2013

M.D.P.L

BY ekpan 1 comment

  

 
Tujuh laki laki dengan beragam karakter, latar belakang, tingkah polah..mantab untuk menyatukan visi...mendedikasikan sebagian tujuan hidupnya sebagai penikmat keindahan alam Sang Pencipta...
Misi pertama yg digadang gadang adalah mendaki gunung...satu aplikasi nyata sebagai kelompok yg mengaku sebagai penikmat alam...menyusuri lekukan lekukan indah yg menjulang tinggi...bangunan Maha Penguasa Alam Semesta...

Meniti tanjakan dan menuruni turunan yg membentang di medan pendakian bukanlah hal yg baru untuk wisnu, heri, dan mas redi...mereka bertiga lah sbg inisiator awal yg menggerakkan saya, aziz, muhtar, dan deni, yang belum kenal akrab dengan mendaki gunung, untuk berkenalan dengan manisnya sajian keindahan pegunungan...

Perdana kami putuskan untuk menuju gunung lawu...gunung yg menurut hasil browsing cocok untuk pendaki pemula...
Tak ada persiapan khusus dari kami bertujuh..hanya penguatan keyakinan saja dari masing-masing kami...selain persiapan tiket perjalanan munuju singgasana gunung lawu...

Rencana hanya berbuah rencana..mendekati hari h ternyata..pendakian lawu ditutup krn pertimbangan cuaca...memutar otak menentukan rencana B, akhirnya disepakati untuk dialihkan ke gunung merbabu...

Setelah itu lah saya dan mungkin kami bertujuh merasakan aditifnya naek gunung  yang membuat ketagihan...rencana pendakian berikutnya pun mulai dirembug...

Gunung cikuray jadi target kami berikutnya...gunung di kabupaten garut ini memang tidak terlalu tinggi (2.818 mdpl)...tapi cukup buat mengobati kerinduan kami akan capek nikmatnya mendaki...
 
Sayangnya pendakian kali ini personel kami tidak lengkap..hanya saya, wisnu, deni, dan mas redi yang bisa berangkat...kami berempat ditemani mas fahmi, kenalan wisnu saat diklat..

naek mobil sampai titik awal pendakian yg sudah cukup tinggi letaknya (berasa offroad) dan bangunan semacam poskamling di puncak...jadi pengalaman unik yg dirasakan di cikuray...

Momen spesial dalam pendakian cikuray ini sebenarnya adalah cikal bakal munculnya nama kelompok pendakian kami, MDPL...berawal dari saat istirahat di tengah perjalanan menuju puncak..kami terpikir untuk memberi nama kelompok pendakian kami supaya nanti bisa ditulis di banner dan dibentangkan di puncak saat pendakian...

belum ada ide nama apa yang cocok merefleksikan kami karena memang blm dipersiapkan sebelumnya...tapi ternyata semenjak dulu wisnu uda kepikiran nama MDPL untuk "geng" ini...cuma belum ada kepanjangannya...alasannya pun menurut wisnu tak khusus...hanya berasa enak didengar plus di setiap gunung pasti tertera "MDPL"...
 
jadilah selama perjalanan kita berpikir keras kepanjangan yg pas untuk nama MDPL..
Sampai kembali ke Jakarta pun belum berhasil menemukan kepanjangannya...tapi kami sepakat MDPL adalah nama kami sekarang...kami bertujuh...saya, wisnu, heri, mas redi, aziz, muhtar, dan deni...

********
Heri: sudah berpengalaman mendaki gunung sebelumnya, selalu berinisiatif mencari tahu rencana pendakian dan jalurnya untuk kemudian di-share kepada yang lain, kuat fisik dan penuh kesabaran (sering nungguin yang ga kuat buat jalan pelan pelan), orang yang selalu mengingatkan peralatan yang harus dibawa dan dipersiapkan, bertugas belanja sayur dan beras untuk bekal pendakian, karena semua itu lah kami menahbiskannya menjadi Ketua.

Wisnu: berpengalaman naek gunung sebelumnya juga seperti Heri, punya bentuk fisik yang militan (tinggi, kekar, dan napas panjang), tasnya selalu yang terbesar diantara kawan-kawan, semangat sekali tiap pendakian tak pernah melihat lelah dalam ekspresinya, orang pertama yang mengajarkan saya packing carrier, langkahnya juga panjang dan cepat tiap mendaki, barisan depan selalu menjadi posisinya di hampir sepanjang perjalanan, tak diragukan lagi dia pantas menjadi wakil ketua.

Mas Redi: nama lengkapnya Redi Andriansyah (mohon maap kalo ada kesalahan dalam penulisan nama), kalo yang satu ini ga usah dipertanyakan lagi daya tahannya saat pendakian, tiap langkahnya selalu tegas menjejak, keringatpun seolah segan mengalir di wajahnya, badannya memang tidak semilitan wisnu, tapi kekuatan dan kelincahannya saat mendaki tak ada yang pantas meragukannya lagi, pernak pernik mendakinya didominasi dengan merk eiger sehingga kami memanggilnya "mas eiger", dengan senioritas dan bijaknya bersikap mungkin semestinya kami menempatkan dia sebagai Dewan Pembina.

Muchtar: yang satu ini gambaran pertamanya kalo kata orang jawa "ga duwe udel", tipikal bentuk fisik sama militannya seperti wisnu, mendaki dalam kamus nya mungkin tak ada kata pelan karena tiap mendaki dia selalu paling depan dan kadang tak mampu dikejar teman-teman yang lain, koki kami yang selalu memakai sepatu kerennya tiap pendakian, tak pernah nampak dia memakai sendal ke gunung, semangatnya berapi-api dan setia dengan kaca mata hitamnya di beberapa pendakian.
Deni: di antara kami, mungkin deni ini lah orang yang paling santai (bahkan terlalu santai kadang-kadang), setia banget sama gadgetnya, tak peduli sedang mendaki, earphone tetap lekat ditelinganya entah sekedar mendengarkan lagu kesayangan atau bahkan sampai menonton film yang tersimpan di hp nya, tiap pendakian tak pernah lupa bantal tiupnya, di saat yang lain tidur berbantalkan tas atau apa yang ada di sekitarnya, deni akan nyenyak dengan bantal tiupnya, deni biasanya diberi tugas untuk membagi-bagi "jatah" makanan agar adil.
Aziz: anggota paling junior dan sering menjadi sasaran bullying di lingkup MDPL, hobi nya yang gemar mengaca dan bersisir tak pernah dia tinggalkan meski sedang pendakian, mungkin salah satu yang diingat dari sosok ini adalah ketidakmampuannya memecahkan telur (bayangkan memecahkan telur dengan cara diremas), terbilang cukup kuat dan licah juga saat mendaki meski belum pernah naek gunung sebelumnya, mungkin bentuk fisiknya yang tinggi dan ramping turut mendukung itu
Saya: menurut saya, saya anggota yang paling lemah di MDPL, yang paling cepat menunduk memegangi lutut dan paling cepat minta break saat jalan, tapi semangat mencapai puncak selalu saya gantungkan di benak saya, supaya meski fisik tak kuat semangat tetap melekat, dan sepertinya cukup sekian karena saya ga enak buat menilai diri saya sendiri (hahaha...)

********


Meski diputuskan anggota MDPL hanya bertujuh, bukan berarti tidak membuka kemungkinan untuk mengajak org lain dalam pendakian..karena sejatinya MDPL terbuka bagi siapa saja..

Seiring masa, kepanjangan MDPL belum jg diputuskan...banyak saran yg dikumandangkan..dari mulai "Mendaki Dan Pulang Lagi", "Muncak Dan Pulang Lagi", hingga kepanjangan-kepanjangan lain yg saya tidak ingat...
 
Meski tak jua menemukan kepanjangannya, kami tetap mantab mengukuhkan MDPL...

Pendakian-pendakian berikutnya nama MDPL selalu terpampang di banner setiap pencapaian puncak gunung yg berhasil dinikmati...papandayan, pangrango, dan lawu jadi saksi pencapaian puncak kami setelahnya...

Bermacam pengalaman dan tantangan kami kenang...rupa rupa leindahan kami abadikan...papandayan yang keren dengan hutan matinya...pangrango yang berkesan dengan ramai dan guyuran hujan sepanjang perjalanan...hingga gunung lawu yang mirip merbabu tapi super dingin nan melelahkan beserta mbok yemnya...

Semua puncak yang dipijak tak membuat kami berpuas diri...masih banyak gunung yang belum terkunjungi...ada semeru yang terus merayu...tak ketinggalan rinjani yang terus menghias imaji...belum lagi gunung gunung lain yang tak kalah menggiurkannya macam slamet, sumbing, sindoro, salak, dan lainnya..

takkan habis indahnya alam...
takkan lekang eksotisme bumi pertiwi...
tiap jengkal langkah kaki, terhembus segarnya udara alami...
tiap tarikan nafas dan tetesan peluh, terkandung makna sebuah perjalanan...
saat puncak berhasil diraih, syukur tersujud atas kebesaran Ilahi....
tak boleh ada kepongahan dan merasa gagah...
karena semuanya hanya karunia...
dan karena kita MDPL.... 









1 komentar:

  1. Long life muslim mountaineers. There we find serenity, there we win freedom, and there feel the most mighty Allah.

    BalasHapus