seberkas cahaya jingga perlahan demi perlahan menyeka
gelap yang mewarnai langit...cahaya itu makin lama makin terang...sang pemilik
cahaya pelan-pelan menampakkan dirinya...muncul seiring bulat wujudnya dan
sempurna sinar pancarannya...langit biru cerah terhampar seakan menyambut
kedatangan sang mentari yang gagah di antara gugusan awan...
***
Sensasi yang tak
ada duanya saat menanti detik-detik terbitnya matahari...rangkaian prosesnya
tak kan pernah rela untuk dilewatkan....benar-benar merefleksikan apa yang
ditulis ibu Kartini.."habis gelap terbitlah terang"...
Tak sembarang
tempat bisa menyajikan keelokan sunrise...pantai
biasanya tempat yang mudah untuk menunggu sang mentari datang...hamparan laut
yang luas seakan jadi panggung megah bagi kemunculan matahari...
Tapi sepertinya
ada panggung yang lebih spektakuler lagi...gunung jadi tempat terhormat bagi pertunjukan
kegagahan sang penerang siang....lautan awan bak kapas menambah istimewanya
penyambutan kunjungan mentari...
Menatap sunrise dari puncak gunung membuat kita
seolah menanti matahari meniti langkahnya menaiki anak tangga menuju singgasana
tertinggi yang terbuat dari putihnya hamparan awan untuk memberikan sinarnya
bagi manusia-manusia yang sedang berada di pucuk dunia...
Sungguh
kesempatan yang langka saat pendakian ke gunung slamet tempo hari...setelah beberapa
kali pendakian momen matahari terbit selalu terlewatkan...entah karena memang
waktu yang tak memungkinkan atau hanya karena sekedar bangun kesiangan...saat
itu...di gunung slamet...kami berhasil melawan rasa pegal-pegal dan bangun
lebih awal...dengan satu tujuan melangkahkan kaki ke puncak demi menjadi
manusia yang melihat matahari pertama hari itu...
Medan penuh
batuan dan kerikil terus disusuri....tanjakan curam terbentang di depan
pandangan...dingin menyapu kulit menembus lapisan jaket yang sudah cukup
tebal...angin ikut bertiup kencang menerpa tanpa ampun....semua tetap dihadapi
dengan penuh perjuangan menjaga asa menginjakkan kaki di puncak Slamet yang
berdiri jumawa...demi menanti bangunnya sang surya....
Dengan bantuan
dan kesempatan dari ALLAH akhirnya kami berhasil mendapatkan tiket untuk
menyaksikan salah satu opera luar biasa di dunia...sunrise di puncak tertinggi kedua di Jawa...sangat istimewa...
Peluh terbayar dengan remang jingga di atap dunia....lelah terlupa saat sang surya menyapa dengan lambaian cahaya...
Lembut dan
putihnya awan jadi permadani bagi sang mentari...puncak sindoro dan sumbing ikut
menghiasi indahnya alam pagi itu...
tak henti diri
ini berdecak kagum...mata tak ingin memalingkan pandangannya...kaki tak ingin
meninggalkan jejaknya...dan bibir terus bertasbih memuji keagungan Pemilik Alam
Semesta Raya...
Jika sudah
terpaku pada kemolekan sapaan sang mentari...tak terbantahkan lagi perkataan
Quran...”nikmat ALLAH mana lagi yang engkau dustakan”....salah satu nikmat
terbesar yang dikaruniakan-NYA adalah alam semesta beserta segala fenomena dan
peristiwa yang tak akan pernah berhenti membuat kita terpesona...
Manusia tinggal
menikmati dan mensyukuri agar terus dapat memupuk keimanan dalam hati melalui
suguhan alam yang tak terganti....
***
Langit gelap berwarna hitam...
Sebab tak lewat satu sinaran...
cahaya jingga perlahan membentuk goresan...
mentari terbangun menembus awan...
pancarkan terang di puncak Slamet...
sekejap membentuk lukisan indahnya alam...
0 komentar:
Posting Komentar