20 November 2016

Konsep (Kolom tentang Sepakbola): Bangun Tidur... Tidur Lagi..

BY ekpan No comments

Sebuah coretan kecil tentang sepakbola yang didukung dengan analisis yang tak terlalu akurat dan seadanya, hanya opini belaka dan sekedar sok sok an saja.
 ****
Geliat timnas Indonesia mulai terasa kembali beberapa bulan terakhir. Ini seiring dengan gelaran piala AFF dimana tahun ini Myanmar dan Philipina mendapat giliran menjadi tuan rumah. Indonesia kebagian di grup yang dipertandingkan di Philipina. Berbagai media mulai dihiasi persiapan timnas mengarungi kompetisi terbesar untuk wilayah asia tenggara. Maklum, setelah sanksi FIFA untuk Indonesia dicabut di pertengahan tahun ini, piala AFF menjadi kiprah pertama tim merah putih di laga internasional.
Seperti biasa, persiapan timnas merah putih mengalami sedikit masalah karena berbenturan dengan kepentingan klub. Semenjak era liga rokok hingga kini liga kopi (mungkin nanti selanjutnya liga pisang goreng... biar komplit), entah kenapa selalu saja jadwal kompetisi antar klub di Indonesia sering beririsan dengan jadwal timnas. Bahkan kali ini lebih parah, jadwal liga dan jadwal Piala AFF berbarengan. Imbasnya, muncul kebijakan pembatasan maksimal dua pemain dari tiap klub untuk membela timnas.
Tentu ini bikin pening Mbah Riedl dalam memilih skuat yang pas. Dalam keterbatasan itu akhirnya Riedl mengumumkan anggota timnas Indonesia untuk bertarung di piala AFF 2016 yang dihuni kombinasi pemain muda dan pemain berpengalaman plus suntikan pemain asing berpaspor Indonesia. Sialnya, Irfan Bachdim yang sudah jadi andalan di beberapa uji coba, mengalami cidera menjelang turnamen dimulai. Makin apesnya, pemanggilan Pahabol sebagai pengganti terhalang kebijakan pembatasan pemain tadi. Persipura, klub yang mengontrak Pahabol keberatan karena mereka telah melepas dua pemainnya. Jadilah striker muda Mukhlis Hadi dipanggil menyusul rekan-rekannya ke Philipina.
Singkat kata singkat cerita, hari itu tiba juga. Di partai pertama, sang (mantan) Macan Asia yang baru bangun dari tidurnya siap menerkam si Gajah Putih, dengan taring keropos dan cakar tumpulnya.
Optimisme merebak ditilik dari wawancara sebelum pertandingan. Rata-rata punggawa tim garuda tak gentar dengan reputasi timnas Thailand yang sebelumnya menahan imbang Timnas Australia di partai ujicoba.

Tak melihat peringkat atau riwayat pertemuan kedua tim yang berat sebelah, Timnas merah putih dan seluruh supporter terlihat bersemangat untuk menjungkalkan pasukan Kiatisuk Senamuang (maklumi kalau salah tulis).
Pemain yang mayoritas muka baru membawa semangat dan kepercayaan diri yang baru pula. Semua pecinta bola Indonesia tentu berharap momen ini bisa menjadi terbangunnya kembali tonggak sepakbola Indonesia.

Namun semua optimisme dan gairah tingkat tinggi tadi dihentikan dengan tiupan peluit kick off dari wasit. Bagaimana tidak, seketika saat peluit wasit berbunyi, seketika itu pula kita tersadar bahwa semuanya masih sama. Timnas Thailand masih mendominasi Timnas Indonesia. Teerasil Dangda dkk dengan 4-2-3-1 nya sangat merepotkan Boaz Salossa dkk dengan 4-4-1-1 nya.
Jalannya babak pertama terlihat cukup timpang. Tanpa perlu melihat statistik, secara kasat mata bisa dilihat bahwa penguasaan bola didominasi oleh Tim Gajah Putih. Thailand langsung menggebrak dengan aliran bola cepat kombinasi umpan pendek dan umpan panjang yang akurat dan merepotkan pertahanan Indonesia. Sedangkan,  Timnas merah putih hanya bisa mengandalkan aliran bola cepat (hilang) kombinasi umpan lambung dan umpan nyasar.
Ini tentu memudahkan pemain-pemain Thailand membombardir langsung ke kotak penalti Indonesia yang membuat pemain Indonesia menerapkan strategi langsung panik buang ke depan. Alhasil, saat turun minum Indonesia sudah tertinggal 2-0. Macan yang tadi bangun, kini seolah tertidur lagi. Bayangan kekalahan telak sudah di depan mata.
Ternyata, Mbah Riedl berhasil memanfaatkan waktu jeda untuk memberikan petuah petuah yang punya dampak positif di ruang ganti. Ini terlihat dengan peningkatan intensitas permainan timnas Indonesia di babak kedua. Serangan cukup berbahaya meski cenderung sporadis dan tanpa skema coba diperagakan Andik dkk. Tampak jelas bahwa pelatih menginstruksikan untuk memanfaatkan kecepatan sisi sayap dalam diri Andik dan Rizky Pora. Tanpa dinyana taktik tersebut sukses, dengan dua gol penyama yang dicetak Boaz dan Lerby dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama. Dua gol itu jg tercipta denga cara yang hampir sama, umpan silang dan sundulan.
Tentu skor 2-2 ini membangunkan kembali optimisme yang sempat tertidur di akhir babak pertama tadi. Serangan Indonesia setelah itu juga tampak menjanjikan meski juga mengkhawatirkan. Kenapa mengkhawatirkan? jawabannya jelas karena skill pemain Thailand luar biasa dan pola permainannya juga rapi sehingga sangat berbahaya buat pertahanan Indonesia yang ditinggalkan para gelandang yang keasyikan menyerang. Sudah bukan rahasia lagi bahawa transisi dari menyerang ke bertahan merupakan masalah turun temurun timnas Indonesia yang tak kunjung terselesaikan. 
Dan benar saja, akhirnya Thailand bisa mencetak dua gol lagi yg prosesnya terlihat mudah karena pertahanan Indonesia yang lowong. Skor akhir 4-2 untuk timnas Thailand

Fiuhh, lagi lagi suka cita itu terenggut dalam waktu sekejap. Sempat cukup berharap dengan hasil imbang, akhirnya kalah telak juga. sang (mantan) Macan Asia kembali tertidur tak berdaya diinjak si Gajah Putih.
Tetiba saya teringat lagu almarhum Mbah Surip, "Bangun tidur...tidur lagi...bangun tidur... tidur lagi... banguuuunn... tidur lagi"
Tapi perjuangan di AFF 2016 belum usai. Semoga besok lawan Philipina, Tim Merah Putih bisa menunjukkan bahwa mereka memang Macan Asia.

0 komentar:

Posting Komentar