09 Januari 2017

Liburan Sekolah

BY ekpan No comments

Dalam kurun waktu dua minggu yang lalu, anak-anak sekolah menikmati masa liburannya. Dari anak SD sampai SMA bisa rehat sejenak dari buku pelajaran mereka. Layaknya dulu tugas dari guru bahasa indonesia untuk menceritakan pengalaman selama libur, sungguh saya ingin menceritakan kegembiraan saya selama liburan sekolah kemarin meski saya sudah tak sekolah lagi.
Sebagai penghuni DKI Jakarta, sudah tak asing lagi dengan hiruk pikuknya kemacetan jalanan. Terutama ketika hari kerja di pagi dan sore hari. Percaya atau tidak, kemacetan di Jakarta ini punya korelasi dengan liburan sekolah. Tanpa perlu menggunakan SPSS atau sejenisnya, sudah mahfum bahwa tingkat kemacetan jakarta berbanding terbalik dengan liburan sekolah. Saat liburan sekolah telah tiba, maka kemacetan jakarta seketika akan pergi. Begitu pula saat liburan sekolah telah usai, seketika itu pula kemacetan jakarta kembali dimulai. Belum diteliti variabel yang mempengaruhi apa saja, tapi yang jelas hubungannya seperti itu.
Adanya hubungan berkebalikan tadi, membuat saya dan mungkin sebagian besar kaum pekerja di Jakarta sangat bergembira ketika dua minggu lalu liburan sekolah telah tiba. Kualitas kehidupan saya mengalami peningkatan yang signifikan. Waktu tempuh ke kantor yang biasanya 40-45 menit bisa menjadi 25-30 menit saja. Pulang kantor yang biasanya menghabiskan 50-60 menit, mendadak terpangkas menjadi 35-45 menit. Bayangkan, waktu berkumpul saya dengan keluarga bertambah rata-rata 30 menit per hari, rasa lelah di perjalanan juga relatif berkurang karena perjalanan lebih cepat, sholat maghrib juga bisa tenang karena sudah sampai rumah sebelum adzan, tunjangan juga aman dari potongan karena ga pernah telat, dan masih banyak peningkatan-peningkatan kualitas hidup yang saya rasakan.
Dari pertama di Jakarta, harapan saya, siapapun gubernurnya yang penting hilang macetnya. Bagi saya tolak ukur kesuksesan seorang gubernur Jakarta bukanlah kemajuan perekonomian, indahnya taman, atau lebarnya trotoar, tapi turun drastisnya tingkat kemacetan. Kemacetan sudah begitu memuakkan dan sudah banyak penelitian yang mengukur tingkat kemacetan ke dalam besaran kerugian secara ekonomi yang mencapai triliunan. Dari pengalaman liburan sekolah kemarin, saya jadi kepikiran untuk sumbang saran (nama) program kepada cagub dan cawagub DKI yang kini sedang bertarung. Bisa dibuat sebuah program anti kemacetan yang dinamai "Membuat Jakarta yang Libur Sekolah" atau semacamnya. Intinya bagaimana caranya jalanan Jakarta sehari-harinya seperti pas liburan sekolah, lancar dan menyenangkan. Perlu diteliti variabel-variabelnya lalu bikin kebijakan yang mengendalikan variabel itu. Misalnya, banyak yang beranggapan saat liburan sekolah bisa bebas macet karena berkurangnya mobil-mobil yang mengantar anaknya pergi sekolah dengan jumlah yang signifikan. Menilik dari hal itu bisa dipikirkan kebijakan yang tepat, seperti pembatasan kendaraan roda empat yang lebih efektif dan signifikan efeknya dengan metode yang kekinian bukan hanya sekedar rumus matematika bilangan ganjil atau genap. Itu cuma sekedar permisalan seadanya dari saya. Saya yakin jika calon no. 1 ataupun no. 3 yang menang nanti, pasti bisa memikirkan cara yang riil dalam mewujudkan usul dan saran saya tadi.
Hingga akhirnya hari senin ini para siswa dan siswi harus memakai seragam lagi untuk kembali belajar di sekolah. Ini menjadi pertanda bahwa sayapun harus kembali mengalami penurunan kualitas hidup dengan kembali habisnya waktu di jalanan dan kembali macetnya tiap titik perjalanan yang saya lalui. 
Benar saja, hari ini perjalan ke kantor memakan waktu 45 menit dan pulang ke rumah butuh 60 menit saja.

Satu pertanyaan yang sekarang muncul di benak saya, Kapan Liburan Sekolah lagi???

0 komentar:

Posting Komentar